TRIBUNNEWS.COM, GARUT- GI (15), pelajar yang sempat dibaiat Negara Islam Indonesia (NII) tidak bersedia mengungkapkan siapa yang membaiatnya.
GI dan puluhan pelajar lainnya di Kecamatan Garut Kota, Jawa Barat diduga telah terpengaruh NII.
GI tetap mengaku bahwa terpapar paham radikal NII karena belajar dan pengalamannya sendiri.
Keterangan tersebut disampaikan Lurah Sukamenteri Suherman ketika momen GI kembali kepad orangtuanya dan NKRI.
Baca juga: Seorang Anak di Garut Terpapar NII: Jadi Pembangkang Orangtua dan Tidak Mau Sekolah
"Ketika kami tanya dari mana asal dan siapa yang mengajaknya, anak itu tidak mengakui," ujar Lurah Sukamentri, Suherman, dikutip Tribunnews dari Tribunjabar.id, Sabtu (9/10/2021).
Suherman mengatakan, pihaknya telah mencoba membujuk hingga mendesak anak tersebut agar terbuka.
Namun anak tersebut tidak mengaku siapa orang yang telah membaiat dirinya.
"Didesak sama semua orang juga tetap tidak mengakui."
"Jawabannya hasil dari kajian dirinya dari hasil pengalaman dirinya, begitu," ucapnya.
Saat ini puluhan anak yang terpapar paham NII di Garut sedang dalam pendampingan Komisi Perlindungan Anak Indonesia Daerah (KPAID) Tasikmalaya.
"Kami akan berkonsentrasi terhadap pemulihan kondisi psikis anak agar anak bisa menerima dulu kenyataan seperti ini."
"Nanti jika anak sudah tenang, kami akan mendapatkan apa yang kita inginkan dalam proses penyembuhan lebih lanjut," ujar Ketua KPAID Tasikmalaya Ato Rinarno.
Baca juga: Puluhan Remaja di Garut Diduga Dibaiat NII, Densus 88 Turun Tangan
Dari 59 orang yang terpapar paham radikal NII, pihaknya masih mendata karena angka pasti anak-anak yang terpapar belum diketahui.
"Kami dan semuanya akan turun ke lokasi untuk mendata dari yang 59 orang ini ada berapa anak dan ada berapa dewasa," ungkapnya.