TRIBUNNEWS.COM, KUPANG – Nama Susanti Ndapataka pekan ini menjadi perguncingan hangat netizen.
Atlet asal Nusa Tenggara Timur (NTT) ini berhasil meraih medali emas dalam cabang olahraga Muay Thai di ajang PON XX Papua 2021.
Sambutan kemeriahan dan pawai tidak didapat Susanti Ndaptaka.
Susanti Ndaptaka dan pelatih dijemput mobil bak terbuka alias pick up dari Bandara El Tari Kupang, Rabu (6/10/2021).
Video penjemputan sang atlet peraih emas di PON Papua itu pun viral di media sosial hingga mendapat dukungan dan simpati warganet.
Baca juga: BERITA FOTO: Susanti Ndapataka, Atlet NTT Peraih Emas di PON Papua yang Dijemput Pakai Mobil Pikap
Ketekunan Susanti
Jeri payah dan ketekunan Susanti Ndapataka dalam berlatih membuahkan hasil terbaik.
Tidak ada yang istimewa dari tempat Susanti Ndapataka berlatih.
Tidak ada ring untuk bertanding, speed ball, punching bag, hingga alat kebugaran.
Susanti Ndapataka hanya berlatih di pekarangan rumahnya di Desa Kuamasi, Kecamatan Fatuleu, Kabupaten Kupang, NTT.
Untuk mengasah kemampuannya, Susanti mengandalkan ban bekas, tas pulsak yang diubah menjadi samsak dan sarung tinju bekas.
Ban bekas dan samsak itu digantung di pohon yang ada di area kediamannya.
"Alatnya ya seadanya, samsak kemudian saya buat karet ban ditambah lari pagi dan lari sore. Sarung tinju itu juga sudah mau dibuang, saya bilang buat saya saja," ujar Susanti saat ditemui, Sabtu (9/10/2021).
Peralatan latihan itu jugalah yang membuat Susanti Ndapataka meraih juara di berbagai pertandingan, baik tingkat daerah maupun nasional.
Di tingkat nasional gadis kelahiran tahun 1999 ini sudah menyabet lima gelar, yakni Kejurnas di Bogor tahun 2017, kejuaraan Tarung Bebas Indonesia di Jawa Tengah tahun 2018, pra PON Jakarta 2019 dan Kejurnas di Kendari mendapat dua juara.
Di PON XX Papua Susanti meraih medali emas dalam cabang olahraga Muay Thai.
"Pelatih bilang alat latihan itu bukan satu-satunya syarat untuk jadi juara, apapun alatnya yang penting niat dari hati untuk keinginan mengejar cita-cita.
Keluarga sederhana
Susanti Ndapataka dibesarkan dari keluarga yang sederhana. Rumah beratap gewang dengan dinding bebak.
Hanya ada satu kamar di rumah Susanti.
Di ruang tamu terdapat kasur, lemari, dan televisi yang di atasnya diletakkan maskot kejuaraan yang pernah diikutinya.
Sang Ibu sudah meninggal, sementara ayahnya bekerja seorang pengembala sapi.
Susanti sudah tertarik dengan olahraga bela diri sejak kecil, dan mulai serius latihan tarung derajat saat duduk di bangku kelas dua SMP.
Susanti mengaku sempat dilarang oleh sang ayah, Maskur Ndapataka. Namun niat dan keinginan kokoh selalu melekat untuk meraih juara.
Setelah tamat dari SMA pada 2017 lalu, Susanti tidak melanjutkan pendidikan karena kendala biaya dan fokus menekuni olahraga Muay Thai.
Selain dukungan keluarga ada Angga Silitonga yang melatih tinju dan tendangan Susanti.
Dengan segala keterbatasan, Angga tetap mendampingi Susanti untuk mengapai mimpi sebagai atlet bela diri.
Viral dijemput pick up
Susanti Ndaptaka dan pelatih dijemput mobil bak terbuka alias pick up dari Bandara El Tari Kupang, Rabu (6/10/2021).
Video penjemputan sang atlet peraih emas di PON Papua itu pun viral di media sosial hingga mendapat dukungan dan simpati warganet.
Sebelum dijemput keluarga, Susanti dan pelatihnya, Angga Silitonga serta manager Sugeng Prihatin disambut langsung oleh Sekretaris Umum KONI NTT Umbu Saga Anakaka.
Umbu kemudian mengalungkan selendang kepada Susanti, pelatih dan manager di ruang VIP Bandara El Tari Kupang. Acara penyambutan dari KONI juga dilakukan secara sederhana.
Setelah pengalungan selendang Susanti Ndaptaka menemui keluarga dan rekan-rekannya yang sudah menunggu di pintu keluar bandara.
Tak lama kemudian, mobil pick up datang untuk menjemput Susanti bersama pelatih dan manager.
Mobil pick up itu disiapkan oleh tim Muay Thai Kota Kupang bersama pemuda Laskar Timor Indonesia (LTI).
Pulang ke Desa
Dari Oebobo, Susanti dan rombongan pun menuju ke desa Oelamasi, Kabupaten Kupang, tempat kediaman Susanti.
Tiba disana, ia disambut keluarga dan tetangga serta perwakilan pemerintah kabupaten Kupang.
"Ia disambut keluarga dan tetangga, sama dari pemerintah kabupaten juga," ujarnya.
Ia menyebut, dirinya juga tidak disampaikan hal apapun dari pemkab Kupang, demikian halnya juga pemerintah provinsi.
Susanti mengaku hal itu dia tidak bisa memberi komentar lebih banyak.
Dia hanya berharap agar atlet baru bisa lebih baik dan berprestasi, juga camp Muaithay agar bisa lebih besar dan semakin digemari banyak orang di NTT.
Perempuan asal Sumba ini juga mengisahkan pertandingannya di PON Papua, tuan rumah menjadi lawan terberatnya.
Dia menganggap, pertandingan itu seperti final, karena dalam perhitungan poin bisa jadi dirinya kalah.
Susanti pun melaju ke semifinal melawan atlet Sumatra Utara, di pertandingan itu dirinya tidak merasakan beban lebih dan melaju ke final bertemu atlet Jawa Barat.
"Perasaan saya pastinya senang karena sudah bisa membanggakan orang tua, dan NTT," ujarnya.
Dia mengaku, pemprov tidak menjanjikan apapun, namun pada pertandingannya di partai final, pemprov dan KONI NTT menyaksikan langsung pertandingan itu.
Kepulangannya ke NTT, menurut dia diketahui pemprov karena ada penyambutan dari bupati Ngada sewaktu di Papua.
Sementara itu, pelatih Muaithay, Angga Silitonga, mengatakan, penjemputan juga dilakukan di Bandara El Tari Kupang.
Angga juga tidak mengetahui siapa yang menjemput ia bersama rombongan.
"Dari entah itu KONI atau Dispora saya kurang lihat, tapi sepertinya Koni menyiapkan kendaraan. Tapi kami telah menyiapkan kendaraan sendiri," ujarnya.
Angga mengaku pengurus Muaithay Kota Kupang dan dari Laskar Timor Indonesia telah menyiapkan penjemputan.
Untuk itu dia bersama Susanti menumpang kendaraan yang telah disiapkan itu.
Perihal koordinasi dengan pemprov, Angga menyebut setauhnya telah ada koordinasi dengan KONI dan Diaspora karena tiket kepulangan disiapkan kedua lembaga ini.
"Memang telah disiapkan penjemputan, tapi memang kali kami yang memilih kendaraan sendiri," ucapnya.
Ia mengatakan, hingga saat ini belum ada undangan ataupun informasi apapun dari pemerintah untuk mereka. Ia pun tidak mengetahui keberadaan ketua CdM.
"Setelah ini kami langsung kumpul di camp yang berada di kampung baru. Kami juga belum tahu posisi pak Wagub ada di mana termasuk undangan resmi untuk kami belum ada," katanya.
Dari Papua, kata Angga, ada bus yang mengantar ke bandara. Fasilitasnya pun sangat bagus seperti makan minum dan fasilitas lainnya.
Sumber: Kompas.TV/Pos Kupang