TRIBUNNEWS.COM - Banjir masih terjadi di Kecamatan Sintang, Kabupaten Sintang, Kalimantan Barat, Minggu (14/11/2021).
Saat ini, Tim SAR gabungan yang terdiri dari TNI-Polri, Basarnas, relawan, dan tim Pramuka langsung melakukan patroli dan mengevakuasi warga yang terdampak banjir.
Diketahui, terdapat 45 korban banjir berhasil dievakuasi.
Sejumlah kendala pun dialami petugas ketika mengevakuasi korban banjir, mulai dari cuaca yang tidak menentu, hujan, dan angin kencang.
Meski demikian, petugas tetap akan melakukan evakuasi warga yang terdampak, apalagi banjir masih terjadi setelah sempat surut sebelumnya.
Baca juga: Diguyur Hujan Deras, Tiga Desa di Langkat Terendam Banjir
Koordinator Lapangan Satgas Pramuka Peduli, Sugiarto Kurniawan, mengatakan perkembangan banjir di wilayah Sintang yang masih terjadi.
"Kondisi banjir saat ini masih stagnan, belum ada perubahan yang berarti."
"Sehingga, perlu banyak warga yang dievakuasi dan banyak pengungsian," katanya, dikutip Tribunnews.com dari kanal YouTube Kompas TV, Minggu (14/11/2021).
Menurutnya, kini warga yang terdampak banjir masih memerlukan sembako hingga obat-obatan.
"Saat ini yang diperlukan di tempat pengungsian, yakni obat-obatan, sembako, kebutuhan anak dan bayi, " jelas Sugiarto.
Berdasarkan catatan BPBD Kabupaten Sintang, banjir terjadi sejak tanggal 23 Oktober 2021.
Hingga saat ini, banjir belum sepenuhnya surut meski volume air di sejumlah ruas jalan dan pemukiman warga berangsur surut.
Baca juga: Banjir Lahar Dingin Ile Lewotolok Memutus Jalan Penghubung di Kabupaten Lembata NTT
3 Pekan Korban Banjir Mengungsi Warga Kesulitan Beraktivitas
Dikutip dari TribunPontianak.com, banjir di Sintang menyebabkan sejumlah ruas jalan terendam.
Tiga titik ditutup sementara oleh Satlantas Polres Sintang, karena karena terendam banjir terlalu dalam.
Seperti, jalan PKP Mujahidin, Jalan Kelam dan Sungai Durian.
Pada Sabtu (13/11/2021), banjir yang merendam ruas jalan lintas kabupaten di Lintas Melawi masih cukup tinggi meski volume air dalam dua hari terakhir surut.
Kendaraan roda dua masih belum bisa melintasi jalan Lintas Melawi.
Hanya kendaraan truk, maupun doubel gardan yang bisa melintas mengangkut penumpang.
Mobilisasi masyarakat pun tersendat.
Sehingga, menyebabkan terjadinya penumpukan kendaraan di Simpang 5 Tugu Pura pada pagi dan sore hari mengantri untuk naik perahu ataupun naik ke truk tronton yang disediakan pihak swasta maupun pemerintah dan TNI Polri.
Komandan Kodim 1205/Sintang, Letkol Inf Kukuh Suharwiyono, dalam laporannya menyebut dalam 50 hari terakhir di Kabupaten Sintang sudah terjadi dua kali banjir.
Pada awal Oktober banjir bertahan hingga 2 minggu dan di akhir Oktober terjadi banjir kembali dengan dampak yang lebih besar hingga hari ini.
"Pemda Sintang Sudah bergerak cepat dengan menindaklanjuti pendirian pos-pos siaga, posko pengungsian, dapur umum, posko kesehatan sejak pertama kali banjir terjadi."
"Pada tanggal 30 Agustus Kabupaten Sintang sudah menetapkan status siaga darurat yang mana kemudian di tanggal 05 Oktober 2021 ditetapkan status tanggap darurat yang diperpanjang hingga 16 November, dan Kami juga sudah membentuk Komando tanggap darurat penanganan bencana alam pada tanggal 05 November 2021," kata Dandim.
Dandim menyebut, ada 12 Kecamatan dari 14 Kecamatan yang terdampak, dengan total 35.117 Kk atau 140.468 jiwa terdampak.
Dampak banjir juga terjadi pada penerangan dan air bersih, serta kegiatan belajar mengajar juga sudah diberhentikan untuk sementara waktu.
Personil yang sudah disiapkan dalam penanganan ini mulai dari TNI-Polri, dan unsur Pemda termasuk Basarnas BPBD, dan lainya.
Baca juga: Diterjang Banjir, Satu Jembatan Rusak Berat di Lombok Barat
Ekonomi Lumpuh
Diketahui, Desa Tanjung Baung, Kecamatan Ketungau Hilir, cukup terdampak parah luapan sungai kapuas.
Sebagian rumah penduduk terendam banjir.
Total 190 KK terdampak, sebagian besar, ada yang bertahan di rumah, ada pula yang mengungsi ke daratan.
Kepala Desa Tanjung Baung, Donatus, mengatakan banjir sudah melanda sejak 3 minggu terakhir.
Dampaknya, ekonomi masyarakat lumpuh.
Warga terpaksa mengharapkan bantuan dari pemerintah maupun relawani untuk bertahan hidup.
"Sudah 3 minggu warga mengungsi. Untuk sembako dan kebutuhan lain sementara mengharapkam bantuan, sebagian sudah antisipasi karena berladang."
"Bantuan dari kabupaten, perusahaan sawit, partai sudah ada. Ekonomi lumpuh, masyarakat mayoritas menoreh karet, mereka tidak bisa beraktivitas. Harapan mereka bagaimana pemerintah bisa menangani musibah ini, dan kedepannya mencari solusi," kata Donatus.
(Tribunnews.com/Suci Bangun DS, TribunPontianak.co.id/ Agus Pujianto, Kompas.tv)
Simak berita lainnya terkait Banjir di Sintang, Kalimantan Barat