Rasiman dan Sumiyati pun sudah pisah tempat tinggal selama 10 tahun.
Bahkan, Masri mengaku sering berduel menghadapi ayahnya saat tidak bisa mengendalikan diri.
Hal itu dilakukan untuk menahannya agar tidak mencelakai anggota keluarganya.
Tidak jarang dia juga sering dicekik dan meminta bantuan tetangga jika tidak tertahan.
"Bapak itu berhalusinasi seakan suka ada yang bisikin suruh bunuh keluarga. Kalau ke tetangga mah enggak pernah," ucap pria berusia 32 tahun ini.
Menurut Masri, ayahnya tenang paling lama sekitar setengah tahun.
"Tidak menentu kalau kumat. Pernah dulu ingin mencelakakan ibu, tapi bapak sadar dan menjatuhkan diri dari jembatan untuk menahan halusinasinya," katanya.
Masri mengaku sabar dan tabah merawat ayahnya yang terkadang kumat.
Rasiman mulai mengalami gangguan jiwa setelah bekerja di Bangka.
Baca juga: Tahanan di Bener Meriah Tewas Diduga Dianiaya Oknum Polisi, Korban Babak Belur dan Sempat Koma
Di sana, Rasiman dan Masri menebang kayu untuk lahan sawit.
Rasiman saat ini tinggal di gubuk atas kemauannya sendiri.
Masri mengaku tidak melaporkan pembacokan itu kepada polisi karena menganggap ini sebagai musibah.
"Bingung mau lapor polisi juga, keadaan bapak lagi enggak sadar. Kalau sehat mah ya kita laporkan," ucapnya.
Jika sadar, Rasiman meminta Masri untuk menyingkirkan benda tajam di sekitarnya.