News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Cita Rasa Manis Kuliner Jawa dan Sejarah Kejayaan Industri Gula di Solo

Penulis: Daryono
Editor: Garudea Prabawati
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Pabrik Gula Colomadu yang kini telah direvitalisasi menjadi destinasi wisata dengan nama De Tjolomadoe, Minggu (19/12/2021). PG Colomadu merupakan pabrik gula yang didirikan pengusa Mangkunegaran, KGPAA Mangkunegara IV pada 1861.

Kata selat sendiri diyakini berasal dari kata salad yang kemudian disebut dengan selat oleh orang Jawa.

Tidak diketahui pasti sejak kapan selat menjadi sajian orang Jawa.

Namun demikian, diduga hadirnya selat karena pengaruh budaya saat Belanda menjajah Indonesia.

“Indonesia kan dijajah Belanda. Orang Belanda, noni-noninya di Indonesia itu masaknya salad. Jadi orang Jawa meniru dan jadilah selat itu,” ujar Mbak Lies yang sudah berjualan selat sejak tahun 1987 ini.

Baca juga: Manfaat Mengkonsumsi Buah Naga bagi Kesehatan, Kaya Antioksidan hingga Dapat Mengontrol Gula Darah

Pemerhati kuliner Jawa lampau, Dinda Sukma Kartika, S.Hum mengatakan banyaknya pabrik gula yang ada di Jawa semasa era kolonial menjadi salah satu faktor utama masakan Jawa bercita rasa manis.

“Kala itu, kebanyakan di Solo Raya atau eks Karesidenan Surakarta ini kan banyak pabrik gula sehingga kan produksi gulanya banyak. Bagi masyarakat Jawa, bisa dibilang gula itu salah satu bahan makanan pokok. Misal kalau makan pakai nasi, nah kalau bumbu utama itu ya salah satunya gula itu,” katanya, Rabu (15/12/2021).

Dinda menyebut di masa kolonial, untuk meracik makanan atau minuman, gula menjadi salah satu bahan utama.

Hal ini karena gula mudah didapat dan produksinya melimpah.

Diterangkannya, selain selat, terdapat sejumlah kuliner Jawa yang mendapat pengaruh Eropa.

Di antaranya ada semur yang berasal dari Bahasa Portugis smoor.

Kemudian ada perkedel yang berasal dari bahasa Belanda frikadeller.

Ada pula nasi kuning yang menggunakan kentang dan abon.

Tak hanya itu, nasi goreng yang saat ini terdapat varian sea food juga dipengaruhi oleh budaya Belanda

“Nasi goreng kan sekarang dikasih udang (sea food). Kalau orang Jawa kan cenderung daging ayam, sapi. Seafood itu lebih terpengaruh Eropa karena orang Eropa kan makannya ikan dan seafood,” bebernya.

Halaman
1234
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini