Ia bahkan berharap, ke depan produksi batik ciprat di Desa Kemudo bisa semakin berkembang dan sampai mempunyai rumah produksi sendiri.
"Harapannya, semoga sampai punya rumah produksi sendiri, bisa produksi semakin banyak," terang Novi.
Di tengah keterbatasannya, Novi juga berpesan agar semua orang tak patah semangat dan terus berjuang untuk melakukan hal-hal positif.
Baca juga: Penyandang Disabilitas Jadi Wirausaha Muda Kreatif, Trimah Membatik dengan Kaki
Ia juga berkeyakinan bahwa setiap orang adalah sama, meskipun mempunyai keterbatasan.
"Kita buktikan, kalau setiap orang itu sama, meskipun ada yang punya keterbatasan tapi kita semua sama, tidak ada yang berbeda," ucap Novi.
Senada dengan Novi, wanita 32 tahun bernama Widi yang juga memproduksi batik ciprat turut membagikan ceritanya.
Widi yang hari itu ditemani sang buah hati, bercerita bahwa di tengah keterbatasannya, ia juga bisa membantu ekonomi keluarga.
"Ikut dari September, bantu-bantu suami saya," terangnya yang kala itu terus digelendoti sang anak.
Ia mengaku sangat senang bisa produktif dan bersosialisi bersama rekan-rekannya.
Ia pun turut berharap, ke depan produk batik ciprat dari Desa Kemudo semakin dikenal di berbagai daerah.
Baca juga: Batik Karya Difabel Tawangsari Bisa Mendunia
Di balik semangat besar dari Novi, Widi dan rekan-rekan lain, ada campur tangan besar dari Kades Desa Kemudo dan sang istri.
Ya, mereka adalah sosok yang menggerakkan Posyandu ODGJ hingga memfasilitasi teman-teman dengan keterbatasan ini untuk lebih bermanfaat dan produktif.
Reny Hermawan, yang juga pembina UMKM dan pengurus batik ciprat mengatakan bahwa aktivitas membatik ini sudah dimulai sejak 3 bulan lalu.
Diakui Reny tak mudah mengajak penyandang disabilitas dan mantan ODGJ ini untuk aktif dan terjun langsung membuat karya batik ciprat.