Klitih pun kembali terjadi di bulan yang sama dan menimpa seorang pengemudi ojek online (ojol) berinisial EC (40) asal Bantul.
Penyerangan tersebut terjadi di Jalan Brangasan, Dusun Brangasan, Trihanggo, Gamping, Sleman pada 1 Februari 2020 dini hari.
Dikutip dari Tribun Jogja, korban yang berasal dari Bangunjiwo, Bantul tersebut bermula saat EC tengah mengantarkan penumpangnya lewat jalan Kabupaten.
Saat melintas, EC berpapasan dengan pelaku yang mengendarai sepeda motor.
Lalu pelaku tersebut mengayunkan benda yang diperkirakan senjata tajam ke arah EC.
Akibatnya senjata itu pun mengenai wajah EC dan menyebabkan luka di bagian mulutnya.
Peristiwa ini pun akhirnya menyebabkan kemunculan tagar pada saat itu di Twitter yaitu #DIYdaruratklitih pada saat itu
Sultan Buka Suara
Terkait fenomena klitih ini, Sri Sultan Hamengkubuwono X pun buka suara dengan meminta peristiwa ini tidak dibesar-besarkan.
Pernyataan ini berdasarkan fenomena klitih yang terjadi beberapa waktu lalu di Jalan Kaliurang, Kecamatan Ngaglik pada 27 Desember 2021 dini hari.
Baca juga: Kapolres Bantul Bantah Tagar Yogya Tidak Aman karena Kasus Klitih, Ungkap Bukti Malioboro Ramai
Selain itu, Sri Sultan juga menganggap jika klitih di Yogyakarta sengaja didesain dan diperpanjang oleh pihak tertentu.
Ia juga menambahkan jika tujuannya agar Yogyakarta dianggap tidak lagi aman dan nyaman seperti dikutip dari Kompas TV.
“Mungkin teman-teman tidak merasa kalau itu by design misalnya, jadi supaya klitih ini diperpanjang menjadi sesuatu yang akhirnya dinyatakan Yogya tidak nyaman dan nyaman,” tegasnya.
(Tribunnews.com/Yohanes Liestyo Poerwoto) (Tribunnewswiki.com/Restu) (Tribun Jogja/Miftahul Huda/Andreas Desca) (Kompas.com/Dandy Bayu Bramasta) (Kompas TV/Tito Dirhantoro)