TRIBUNNEWS.COM, SEMARANG - maraknya perdagangan pakaian impor bekas di Kota Semarang dan daerah lain terungkap bahwa pedagang pakaian impor bekas mengaku tidak tahu adanya larangan impor pakaian bekas.
Sebagian lagi mengaku dagangan itu dipasok dari Jakarta, Surabaya, Batam dan lain-lain.
Sejumlah pedagang menjajakan pakaian impor bekas di toko atau ruko. Namun banyak juga pedagang buka lapak di emperan atau pindah-pindah tempat jualan.
Di Kota Tegal, terdapat minimal tiga toko pakaian impor bekas di ruas Jalan Nasional Tegal- Brebes. Mereka masih eksis meskipun penjualan pakaian bekas belum stabil di tengah pandemi Covid-19.
Ani, bukan nama sebenarnya, mengatakan, bisnis pakaian impor bekas dalam dua tahun terakhir mengalami penurunan.
Sebelum pandemi, penghasilan kotor mencapai Rp 1 juta sehari. Laku kira-kira 10 kaos dan 10 kemeja. Tetapi saat ini penghasilan menurun, hanya sekira Rp 200 ribu sampai Rp 300 ribu. Dari hasil jualan dua sampai tiga potong baju ataupun celana.
Ani menuturkan, dia kulakan pakaian impor bekas dua minggu sekali di Pasar Gedebage, Bandung. Pakaian yang dibelinya merupakan pakaian bekas impor dari negara Korea dan Singapura.
Ia dan suami secara langsung mengulak dari bos pakaian bekas impor di Bandung. Tidak dengan sistem pembelian secara ukuran bal. Sekali kulak ia membeli 50 sampai 100 potong pakaian bekas.
Baca juga: Jawa Tengah Jadi Limbah Barang Bekas, Surga Bagi Penyelundup Pakaian Bekas Impor
Harga murah
Ia mencontohkan, kaus dijual harga Rp 20 ribu per potong. Kemeja dan celana mulai dari Rp 45 ribu hingga Rp 65 ribu. Sedangkan jaket mulai Rp 65 ribu, Rp 85 ribu, hingga Rp 125 ribu.
"Harganya memang miring kalau dibandingkan yang baru. Dan sekarang sedang laris jaket," katanya.
Dia jualan pakaian impor bekas sejak 2004 silam. Kontrak toko dan sering pindah cari yang laris. Warga asli Jawa Barat ini pernah jualan pakaian impor bekas di Brebes, Tegal dan kota lain.
Pernah juga kena peras oknum aparat. Dengan dalih ada larangan dari Kementerian Perdagangan. Toko diancam akan ditutup.
"Setiap hari kami didatangi oknum. Toko kami belum buka, mereka sudah ada. Mereka minta uang rokok," terang Ani.