News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Perajin Tempe di Sleman DIY Terpaksa Kurangi Ukuran dan Jumlah Produksi Imbas Kedelai Mahal

Editor: Erik S
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Ilustrasi tempe

Menurut Wihan, omset keuntungan yang didapat berkurang drastis.

Apalagi, kenaikan bukan hanya terjadi pada bahan baku kedelai , melainkan di bahan baku produksi lainnya.

Seperti plastik untuk mengemas, sticker kemasan dan gas.

"Dampaknya sangat terasa. Kenaikan bahan baku menyusutkan keuntungan," katan Wihan.

Ia berharap, pemerintah segera campur tangan untuk menstabilkan harga kedelai yang saat ini dinilai sudah terlalu tinggi.

Berharap Ada Subsidi Harga

Ketua II Primer Koperasi Produsen Tahu Tempe Indonesia (Primkopti) Sleman , Sunaryo mengatakan, harga kedelai yang terus merangkak naik sangat berdampak dan membuat dilematis bagi anggotanya.

Baca juga: Perajin Tahu-Tempe Menjerit, PPP Desak Pemerintah Kendalikan Harga Kedelai

Menurut dia, dari sekitar 200 anggota, kebanyakan adalah perajin tahu tempe skala kecil dengan kemampuan produksi sekitar 8-10 kilogram sehari.

Karena itu, dampak kenaikan harga kedelai sangat dirasakan.

"Kenaikan harga kedelai ini seharusnya perajin menaikan harga tahu ataupun tempenya. Tapi, ketika mau menaikan harga, tentu akan kesulitan dalam hal pemasaran. Karena ada persaingan pasar. Jadi terpaksa hasilnya (keuntungan) berkurang," kata dia.

Sunaryo mengungkapkan, bagi perajin kecil kenaikan harga kedelai sangat berpengaruh.

Bahkan, menurut dia, perajin kecil yang tidak memiliki ilmu dagang, pasti usahanya tidak akan mampu bertahan lama.

Jika dipaksakan bertahan pun hanya mampu untuk menghidupi dirinya sendiri.

Tidak bisa menjadi sumber penghidupan untuk keluarganya. Sebab, keuntungan yang didapat minim.

Halaman
123
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini