News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Kisah Sukses

Kisah Chef yang Diputus Kontrak dari Pekerjaannya Malah Sukses Jadi Juragan Bebek Goreng

Editor: cecep burdansyah
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Boni Rahadianto, Masterchef yang diputus kontrak dari pekerjaannya di sebuah kafe di Bali, sukses jadi juragan bebek yang jualannya laris manik.

TRIBUNNEWS.BADUNG - Pandemi selama dua tahun lebih membuat Boni Rahadianto harus memutar otak.

Hal itu setelah dia diputus kontrak dari kerjaannya sebagai chef di salah satu kafe kelas wahid di Tibubeneng, Kuta Utara, Kabupaten Badung.

Boni kemudian memutuskan pulang kampung ke Desa Pulukan, Kecamatan Pekutatan, Kabupaten Jembrana.

Kini ia memulai bisnis kuliner bebek goreng dengan ciri khas perpaduan rasa Surabaya dan Madura.

Ketika ditemui di lapak miliknya di areal parkir peken atau pasar Ijogading, Kecamatan Jembrana, Boni mengaku pilihan membuka usaha sendiri ini karena pemutusan kontrak dari salah satu kafe “bintang lima” di kawasan Canggu Tibubeneng Badung.

Pihak manajemen kafe tidak sanggup lagi menggajinya setahun lalu. Karena itu, dia berpindah ke kampung halaman untuk membuka kuliner lalapan bebek goreng dan ayam kampong yang sudah dijalaninya sejak tujuh bulan terkahir.

“Ini sudah jalan tujuh bulan. Sebelumnya, saya kan di kafe tersebut, tapi end kontrak. Sempat saya bertahan di Denpasar, enam bulan. Tapi terus memutuskan buka sendiri saja di kampung istri di Desa Pulukan,” ucap pria asal Surabaya Jawa Timur tersebut, Senin (21/2).

Awal membuka sendiri, dilakukan di lahan milik mertuanya di Desa Pulukan. Pilihan bebek goreng dan lalapan ayam kampung karena di wilayah Jembrana mulai dari Gilimanuk hingga Pekutatan cukup sepi orang berjualan jenis kuliner, terutama bebek.

Ayam kampung menjadi menu pilihan kedua, sedangkan bebek ialah menu utama. Karena daya beli masyarakat yang kurang tinggi di daerah pinggiran (Desa Pulukan), maka ia memilih untuk di Pasar Ijogading (pusat Kota Jembrana).

Menu bebek yang memadukan ciri khas rasa Surabaya dan Madura pun laris manis selama beberapa bulan terakhir.

“Bebek ini istilahnya makanan favorite. Dan karena di Jembrana masih sangat sepi, jadi pilihan saya untuk menjual menu ini. Karena saya dari Surabaya jadi ciri khasnya ialah bebek rasa Surabaya dan Madura,” ungkapnya.

Menurut dia, menu bebek goreng memang memiliki tantangan dalam pengolahan. Sebab, ketika salah mengolah, maka rasa bebek akan berbau amis dan dagingnya keras. Sehingga perlu keterampilan supaya daging menjadi empuk.

Bebek memiliki beberapa jenis pengolahan, ada bebek binjai, songkem dan bebek Surabaya.

Untuk ciri khas bebek Madura ialah adanya saur atau serundeng di dalam nasi. Sedangkan ciri khas bebek Surabaya ialah adanya bumbu kuning yang bisa dituang ke nasi atau pada bebek goreng.

“Ciri khas dari bebek Surabaya itu adalah dibumbu kuning. Bumbu ini yang menandakan bebek Surabaya. Kalau bebek Madura ialah ada serundeng atau saur. Nah di bebek saya ini saya mengkombinasikan antara bumbu kuning Surabaya dengan saur atau serundeng Madura. Sehingga rasanya mantap,” paparnya.

Boni mengaku, untuk menu ayam kampung goreng juga menggunakan bumbu kuning. Dan ada bumbu ayam Taliwang.

Penjualannya, kata dia, bebek goreng paling ramai ialah di hari kerja, Senin hingga Jumat yang bisa mencapai enam hingga delapan ekor per hari.

Baca juga: Sedang Nyaman di Jerman, Habibie Dipanggil Soeharto dan Mendarat Saat Jakarta Membara (1)

Sedangkan di akhir pekan paling hanya lima ekor. Sedangkan ayam kampung goreng paling di hari kerja sekitar dua atau tiga ekor, dan di akhir pekan satu atau dua ekor saja.

“Per porsi ayam pakai nasi Rp 23 ribu dan bebek pakai nasi Rp 25 ribu. Bahan baku bebek di Jembrana sudah ada pengepulnya yang dibeli dari Blitar Jawa Timur. Jadi tidak kesusahan bahan baku. Dan ayam kampung juga tidak terlalu susah,” jelasnya.

Boni berharap pandemi segera berakhir dan ekonomi Bali bisa kembali pulih. Meskipun demikian, dia mengaku tidak berencana kembali menjadi chef karena ingin fokus mengembangkan bisnis yang sudah digelutinya ini.

Ia mengaku akan ada inovasi-inovasi yang akan dikembangkan. Sepeti salah satunya ialah bebek kelopo yang memadukan kelapa dengan bebek.

“Kalau orang Surabaya pasti tahu sate ondomohen. Nah, kalau sate itu kan dengan sapi. Saya ingin inovasi dengan bebek,” bebernya.

Boni menambahkan, dia merupakan lulusan SHS Surabaya. Kemudian. Dia sudah bergelut dengan kuliner sejak 2001-an. Kemudian ia bekerja di sebuah kafe di Surabaya selama lima hingga enam tahun. Selanjutnya dia bekerja di kafe lagi sebagai pelayan selama dua tahun.

Kemudian, dia pindah ikut kapal Phinisi dengan berkeliling Indonesia, dan menjadi cook atau asisten chef, dan menjadi chef cook selama dua tahun.

“Terus saya ikut orang Italia ditawarin sebagai chef di Pulau Komodo Labuan Bajo NTT dua tahun menjadi head chef, mengurusi segala macam terkait dapur. Baru pada 2012 saya menikah dengan orang Pulukan dan pindah ke Bali,” imbuhnya.

Di Bali, katanya, dia pernah bekerja di hotel bintang lima di Sanur, Denpasar. Kemudian, di restoran di salah satu mall di Jalan Raya Pantai Kuta, dan hotel bintang lima di Kuta hingga terkahir di kafe bintang lima di Tibubeneng hingga pandemi terjadi dan dirinya diputus kontrak setahun lalu. (i made ardhiangga)

Baca juga: Wakil WaliKota Tegal Masuk Daftar Penerima Bansos

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini