"Pengantin pria juga memberi minyak goreng sebagai emas kawin dan juga uang tunai sebesar Rp 1 juta," kata Meky.
Di Ponorogo, saat ini keberadaan minyak goreng sangat langka dan menjadi barang berharga, bahkan menjadi buruan emak-emak.
"Minyak goreng ini dibutuhkan dalam rumah tangga. Filosofi walaupun sederhana tapi bermanfaat," lanjutnya.
Meky menjelaskan pagelaran pernikahan dalam masa Pandemi Covid-19 ini diperbolehkan jika memang sudah memenuhi protokol kesehatan yang ditetapkan.
Mulai dari jaga jarak, menyediakan hand sanitizer dan tempat cuci tangan serta sabun, dan semua undangan harus menggunakan masker.
Operasi Pasar Minyak Goreng Ricuh
Saat pasangan pengantin tersebut berbahagia, di tempat lain di Bumi Reog ternyata terjadi kericuhan gara-gara minyak goreng.
Operasi pasar minyak goreng di Ponorogo terlihat tak kondusif.
Suasana antrean di operasi pasar minyak goreng di Paseban Alun-alun (depan kantor Bupati Ponorogo) diabadikan warga melalui video dan foto hingga viral.
Warga terlihat saling adu dorong.
Kabarnya, awal kericuhan ini diduga berawal dari mundurnya jadwal.
Seharusnya operasi pasar minyak goreng di Paseban, Alun-alun Ponorogo itu dibuka pada pukul 08.30 WIB. Namun ternyata baru dimulai pukul 09.30 WIB.
Bupati Ponorogo Sugiri Sancoko menyebut operasi minyak goreng murah di Paseban Alun-alun Ponorogo dilakukan untuk mengatasi mahalnya kebutuhan pokok di pasaran.
Ia mengakui adanya keterlambatan pelaksanaan pasar murah yang sedianya berlangsung pukul 08.30 menjadi 09.30 WIB.
"Memang kita agak terlambat ada mobil yang mogok di Saradan, kerumunan sudah datang, minyak baru datang," ujarnya, Selasa (22/2/2022).