Seperti jasad para korban yang lain, jasad Alif juga ditemukan di antara puing kamar pesantren yang hangus.
Yayan mengatakan, kebakaran terjadi saat cucunya sedang beristirahat selepas salat Zuhur bersama sembilan santri lainnya. Tiba-tiba, di luar api sudah berkobar besar. Para santri pun berusaha menyelamatkan diri.
Beberapa santri berhasil keluar dari kobaran. Namun, cucunya bersama beberapa santri lainnya gagal keluar.
"Cucu saya sempat menolong temannya yang masih berusia tujuh tahun, tapi mereka berdua tidak tertolong karena api sudah membesar dan sudah menjebak mereka," katanya.
Alif, kata Yayan, dimakamkan di Tempat Pemakaman Umum (TPU) Santiong, Kampung Warung Asem, Desa Purwadadi Timur, Kecamatan Purwadadi, Subang.
"Alif anak yang baik. Waktu meninggal aja, katanya, dengan kondisi lagi senyum," kata Yayan.
Baca juga: Persib Akhirnya Bisa Tendang Bhayangkara FC
Jelang Imtihan
Tian Darmawan (21), santri yang selamat, mengatakan kebakaran ini terjadi saat mereka tengah menanti-nantikan momen imtihan atau semacam kenaikan tingkat bagi para santri yang berhasil menambah hafalan Al-Qur'an.
"Momen imtihan ini merupakan momen yang ditunggu-tunggu, karena tidak rutin setiap tahun. Bisa 2-3 tahun sekali," ujar Tian saat ditemui di ruang IGD RSUD Karawang, kemarin.
Tia mengaku, ia termasuk dalam panitia yang mempersiapkan acara tersebut. Momen itu merupakan acara puncak bagi para santri, sebab saat itu pula para santri yang berhasil menghafal 30 juz Al-Al-Qur'an akan diwisuda.
"Bagi santri lain yang naik tingkat juga jadi momen kebanggaan," ujarnya.
Ini pula yang diungkapkan Enjang Lukmanul Hakim (42), paman Ahmad Akmal Maulana, salah seorang santri yang meninggal.
"Keponakan saya sudah tamat 30 juz. Rencananya dia akan diwisuda pada imtihan nanti," ujarnya.
Baca juga: Persib Bisa Memanfaatkan Momen Penting 15 Menit Pertama dan Terakhir
Duka Cita