News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Trafficking

Bayar Rp 25 Juta ke Agen, Malah Telantar di Turki

Editor: cecep burdansyah
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

ISTANBUL - 25 JANUARI: Lalu lintas terganggu di banyak daerah, dengan banyak pengemudi serta kendaraan terjebak di jalan karena salju tebal di Istanbul, Turki pada 25 Januari 2022. Mehmet Eser / Anadolu Agency

TRIBUNNEWS.COM, SINGARAJA - Putu Septiana Wardana bersama sejumlah PMI lainnya asal Bali merasa telah ditipu oleh salah satu agen penyalur tenaga kerja.

Pasalnya, ia dipekerjakan tidak berdasarkan hasil perjanjian. Bahkan tempat tinggal yang diberikan dinilai sangat tidak layak.

Dihubungi melalui saluran telepon, Kamis (10/3), Septiana menyebutkan, ia membayar pihak penyalur (agen) Rp 25 juta untuk berangkat dan bekerja di hotel yang ada di Turki, tepatnya sebagai tenaga housekeeping dan steward.

Mereka berangkat dari Bali pada 9 Desember lalu, dan tiba di Turki sehari kemudian. Namun rupanya visa yang diberikan oleh pihak penyalur bukanlah visa kerja, melainkan visa liburan.

Septiana pun mulai mencium adanya tindakan penipuan yang dilakukan oleh pihak penyalur. Namun pihak penyalur mengaku akan segera mengurus visa kerja dan izin tinggalnya.

Bahkan setibanya di Turki pihaknya ditempatkan di sebuah losmen yang ukurannya sangat kecil.

Pihak penyalur mulanya berdalih jika losmen itu merupakan tempat karantina. Namun hingga 19 hari para PMI tak kunjung dipindahkan ke tempat tinggal yang lebih luas. Para PMI itu pun terpaksa tidur berdesak-desakan, hingga salah satu PMI memviralkan hal tersebut lewat video.

Selain itu, setibanya di Turki para PMI juga tak kunjung bekerja, karena pihak penyalur rupanya belum mencarikan pekerjaan untuk mereka. Septiana bersama rekan-rekannya luntang-lantung di losmen tersebut.

"Ternyata setelah kami tiba di Turki, agen masih mencarikan pekerjaan buat kami. Tidak dipekerjakan langsung, seperti yang dijanjikan sebelum berangkat. Ada yang empat hari baru dapat kerjaan. Entah itu pekerjaan apa, yang penting tidak sesuai dengan perjanjian," ungkapnya.

Selang beberapa waktu, Septiana kemudian mendapatkan tawaran bekerja di restoran. Namun ia bekerja di restoran itu hanya enam hari.

Septiana memutuskan untuk mengundurkan diri karena tidak kuat dengan cara kerjanya yang hingga delapan jam. Karena resign tidak sesuai pada waktu yang tidak sesuai dengan perjanjian kerja, maka pihak restoran tidak memberikannya upah.

Septiana pun kembali menuntut pihak penyalur, agar dipekerjakan di hotel sesuai dengan perjanjian. Namun permintaan itu tak dapat dipenuhi. Septiana justru kembali ditawarkan untuk bekerja di pabrik masker dengan upah 120 lira.

"Kami sempat bekerja di pabrik masker itu beberapa hari. Kemudian resign baik-baik lagi. Kami merasa bayar mahal-mahal, tapi dipekerjakan di pabrik masker. Selanjutnya kami resign. Saya mencari pekerjaan sendiri. Sekarang saya kerja di restoran, dengan upah yang cukup lah. Agen itu rupanya tidak punya link kerjaan di bagian hotel. Jadi saat kami tiba di Turki baru dicarikan pekerjaan di luar perjanjian," ucapnya.

Septiana pun mengaku kini hanya tersisa 13 PMI yang tinggal di losmen tersebut. Ada beberapa pekerja yang memilih mencari pekerjaan masing-masing. Ia pun mengaku masih mengumpulkan uang agar bisa menyewa losmen yang lebih layak.

Namun untuk menyewa losmen yang lain, ungkap Septiana, juga cukup sulit. Dimana syarat yang menyewa losmen harus warga Turki.

"Sudah ada beberapa PMI yang kabur. Yang tersisa di losmen itu tinggal sekitar 13 orang. Losmennya memang tidak layak. Saya masih berusaha ngumpulin uang biar bisa menyewa losmen yang lebih layak dan memang agak susah nyari losmen lain karena syarat yang nyewa harus orang Turki," keluhnya.

Disinggung terkait permintaan untuk dibelikan tiket oleh pemerintah agar bisa kembali ke Bali, Septiana mengaku hal tersebut menjadi keinginan para PMI lain. Karena upah yang diterima sangat kecil.

"Masih ada beberapa teman yang penghasilannya kecil. Mereka ingin pulang. Kalau saya jujur belum bisa pulang karena berangkat ke Turki ini saya mengeluarkan uang banyak. Utang di rumah banyak," tutupnya.

Kasus dugaan penipuan ini telah dilaporkan oleh para korban di Polda Bali. Menurut informasi laporan tersebut telah dilimpahkan dari Polda Bali ke Polres Buleleng.

Dihubungi melalui saluran telepon, Kapolres Buleleng AKBP Andrian Pramudianto mengaku belum mengetahui terkait adanya laporan tersebut.

"Saya belum tahu laporannya. Saya cek dulu ya, nanti saya kabari lagi," katanya.

Sebelumnya, sebuah video viral menampilkan 25 orang calon pekerja migran Indonesia (PMI) asal Bali terkatung-katung di Turki. Video itu viral di media sosial. Dalam video itu tampak beberapa PMI laki-laki tinggal berdesak-desakan di tempat yang tidak layak, yakni dalam satu kamar yang sempit.

Salah seorang tampak berbicara dengan bahasa Bali mengatakan ingin segera kembali ke Indonesia. Mereka meminta bantuan pemerintah untuk membantu kepulangan mereka.

Menurut informasi, 25 PMI itu diberangkatkan ke Turki dengan jalur nonprosedural menggunakan visa liburan. (rtu)

Baca juga: Kisah Pekerja Indonesia Asal Bali di Ukraina: Tidak Bisa Tidur dan Harus Bolak-Balik Bunker

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini