TRIBUNNEWS.COM, SURABAYA - Komunitas Nol Sampah Surabaya bersama Aliansi Zero Waste Indonesia (AZWI) berhasil mengumpulkan 10 karung sampah plastik di muara sungai Wonorejo, Rungkut, Surabaya, pada Februari 2022 lalu.
Sebagian besar sampah plastik itu sebagian besar merupakan kemasan makanan dan minuman (mamin) serta deterjen.
Community Organizer Nol Sampah Surabaya, Hani Ismail mengatakan 10 karung sampah plastik yang berhasil dikumpulkan di muara sungai Wonorejo itu berasal dari 35 produsen dengan 10 produsen sampah terbanyak.
Kegiatan yang dilakukan pada 20 Februari 2022 lalu ini melibatkan 50 orang yang terdiri dari beberapa komunitas peduli lingkungan di Surabaya.
Antara lain Trashbag Community, Petani Tambak Truno Djoyo Wonorejo, fasilitator Lingkungan dan Bank Sampah di Surabaya, serta dari beberapa sekolah Adiwiyata di Surabaya.
Baca juga: KLHK: Sampah Plastik di Laut Indonesia 6,8 Juta Ton Per Tahun
Kegiatan ini juga dihadiri oleh Dinas Lingkungan Hidup Kota Surabaya dan Anggota DPRD Kota Surabaya, Aning Rahmawati.
“Aksi ini dilakukan dalam rangka peringatan Hari Peduli Sampah Nasional yang jatuh pada tanggal 21 Februari 2022 lalu,” ujar Hani.
Selanjutnya, kata Hani, sampah yang dikumpulkan itu kemudian dikembalikan ke produsen.
Pengembalian kemasan sudah dilakukan pada 21 Februari 2022 lalu melalui Kantor Pos Ketabang Kali Surabaya.
“Ini kami lakukan untuk mengingatkan produsen bahwa mereka punya tanggung jawab untuk menarik kembali kemasannya dan mendaur ulang kemasannya, sebagaimana diperintahkan dalam UU 18 tahun 2008 tentang Pengolahan Sampah dan PP 81 tahun 2012. Sampah yang ada di muara sungai Wonorejo Surabaya merupakan satu bukti produsen lalai sehingga sampahnya bocor ke lingkungan,” ucapnya.
Dia mengatakan sampah plastik berbahaya bagi ekosistem pesisir dan laut. Menurutnya, ribuan anak mangrove yang ditanam di pantai timur Surabaya mati karena terlilit sampah plastik.
Sampah plastik yang terperangkap di hutan mangrove Wonorejo menutupi akar mangrove hingga menyebabkan kematian pohon mangrove yang ada.
“Padahal, kita tahu bahwa mangrove punya fungsi ekologis yang tidak bisa digantikan oleh apapun. Fungsi ekologis hutan mangrove antara lain untuk mencegah abrasi, mencegah intrusi air laut, menyerap polutan, habitat bagi satwa liar, dan menghasilkan oksigen. Mangrove menghasilkan oksigen 7 kali lebih banyak dari hutan tropis,” tukasnya.
Sebelumnya, lembaga swadaya masyarakat lingkungan dan lembaga penelitian lingkungan hidup independen, Ecoton, berkolaborasi dengan 30 anggota polisi air dari SMPN 1 Wonosalam, Jombang, juga melakukan brand audit di sungai Gogor yang merupakan anak Sungai Brantas di Wonosalam, tepatnya pada 23 Januari 2022.