TRIBUNNEWS.COM -- Kasus cinta segitiga yang berakhir pembunuhan baru-aru ini tidak saja terjadi di Jawa Timur di mana seorang pria membunuh calon dokter karena memacari putri tirinya.
Di Makassar, Sulawesi Selatan, seorang pejabat aparatur sipil negara (ASN) membayar oknum polisi Rp 85 juta untuk menghabisi seorang pria yang menjadi rival mendapatkan cinta seorang janda.
Muhammad Iqbal Asnan Kepala Satpol PP Kota Makassar menjadi otak pembunuhan Najamuddin Sewang (40), warga Perum Pelinda Jl Sultan Alauddin, Makassar.
Sebelumnya, Najamuddin diduga tewas saat kecelakaan tunggal di Jalan Danau Tanjung Bunga pada Minggu (3/4/2022).
Namun akhirnya terungkap, kalau Najamuddin tewas dibunuh.
Baca juga: Ponsel Korban Berperan Ungkap Kasus Pembunuhan Penjaga Malam Kebun Sawit di OKU
Sehari-hari Najamuddin tercatat sebagai karyawan di Dinas Perhubungan Kota Makassar. Dari rekaman CCTV, Najamuddin yang mengendari motor terlihat tersungkur di aspal dan bersimbah darah.
Ia segera dilarikan ke RS Siloam dan ia dinyatakan tewas. Saat diotopsi, ditemukan proyektil peluru di di tubuhnya.
Otak penembakan Kasatpol PP Makassar
Dari hasil penyelidikan, Najamuddin tewas dibunuh. Polisi pun mengamankan empat pelaku.
Yang mengejutkan salah satu pelaku adalah Kepala Satuan Polisi Pamong Praja (Kasatpol PP) Makassar Muhammad Iqbal Asnan (MIA).
Iqbal mendalangi pembunuhan Najamuddin didasari atas permasalahan asmara di antara keduanya.
Iqbal dan Najamuddin diketahui menjalin hubungan asmara dengan dengan RA, seorang Aparatur Sipil Negara (ASN) yang bertugas di Dinas Perhubungan Kota Makassar. RA adalah single parent seteah bercerai dengan suaminya seorang anggota polisi.
Baik Iqbal dan Najamuddin diketahui telah memiliki istri dan anak. Bahkan istri Iqbal adalah seorang lurah di Makassar.
Baca juga: UPDATE Kasus Pembunuhan Mahasiswa Kedokteran, Pelaku Mencintai Anak Tiri yang Jadi Pacar Korban
Sebelum menjadi Kasatpol PP, Iqbal menjabat sebagai Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Dinas Perhubungan. Sehinga Iqbal, Najamuudin dan RS pernah satu atap berkantor di Dinas Perhubungan Kota Makassar.
Dari informasi yang diperoleh, Iqbal sudah cukup lama menjalin hubungan asmara dengan RA.
Namun belakangan beredar isu jika RS juga mejalin hubungan dengan korban. Medengar hal tersebut Iqbal cemburu dan sakit hati dengan Najamuddin.
Juni Sewang, kakak Najamuddin memberi kesaksian. Tahun 2019, ia mengaku pernah diancam Iqbal melalui ponsel.
Ancaman dilakukan karena kedekatan adiknya dengan RA yang diketahui memiliki hubungan asmara dengan Iqbal.
"Kalau yang dimaksud IA, saya tahu. Karena dia pernah hubungi saya secara langsung dan dia mengancam. Ancaman langsung ke saya by phone.
IA bilang ke saya, kalau bukan adikmu, saya habisi. Itu sudah lama, kalau tidak salah tahun 2019," ungkapnya.
Baca juga: FAKTA Pembunuhan Mahasiswa Kedokteran di Pasuruan: Pelaku Datang Takziah hingga Dipicu Pesan Seronok
Ia mengaku sudah cukup lama mengenal Iqbal bahkan saat mereka belum menjadi ASN.
"Saya kenal IA, bukan sekarang. Tapi jauh sebelum menjabat dan sebelum ASN, kami kenal lama.
Sebelum menjabat Kasatpol PP, IA ini pernah menjabat sebagai Kadis Perhubungan Kota Makassar.
Di situlah juga adik saya bertugas dan wanita yang disebut motif cinta segitiga tersebut," tuturnya.
Terkait ancaman, Juni sempat menanyakan kepada adiknya. Namun, kala itu Najamuddin mengaku tidak punya masalah.
"Terus saya tanya adik saya. Ini kenapa, adik saya bilang enggak apa-apa. Saya minta dia hentikan, jauh sebelum almarhum masuk ke Dishub, sudah saya peringatkan," bebernya.
Bayar Rp 85 juta ke oknum polisi
Eksekutor yang membunuh Najamuudin adalah seorang oknum polisi berinisial SR. Dari perannya, SR mendapatkan uang Rp 85 juta sebagai ucapan terima kasih.
Hal tersebut disampaikan Kapolrestabes Makassar, Kombes Pol Budhi Haryanto saat konferensi pers di Aula Mapolrestabes, Senin (18/4/2022).
"Uang Itu bukan untuk membayar, tapi ucapan terimakasih saja," ujarnya Budhi mengatakan SR nekat membantu tersangka membunuh korban karena ikut merasakan sakit hati ketika Iqbal tersakiti.
"Eksekutor ini juga ikut sakit hati ketika si otak pelaku disakiti perasaannya oleh si korban," katanya.
Terkait tindak oknmum polisi tersebut, Budhi menegaskan yang bersangkutan akan mendapatkan hukuman yang lebih berat.
"Kita sesuaikan dengan peraturan yang ada. Kita akan proses dan berikan sanksi yang lebih berat. Di samping hukuman pidana. Kita akan lakukan proses melalui kode etik," kata dia.
Dari hasil penyelidikan diketahui jika SR membeli senjata api rakitan itu secara online kepada jaringan teroris.
“Hasil analisis Forensik, senjata api yang digunakan menembak korban Najamuddin Sewang adalah senjata api pabrikan. Dengan juga proyektil yang digunakan adalah pabrikan,” ujarnya.
Budi merinci barang bukti yang diamankan berupa uang sebanyak Rp 85 juta di dalam tas hitam, 2 unit kendaraan roda dua, rekaman CCTV di 10 titik lokasi.
Kemudian senjata api pabrikan, 53 butir peluru kaliber 38 MM dan 32 MM, 3 selongsong peluru airsofgun, serta satu butir proyektil peluru yang ditemukan di dalam tubuh korban.
Selain Iqbal dan SR, polisi juha mengamankan dua tersangka lainnya. Mereka memiliki peran masing-maisng termasuk menggambar situasi.
Budi juga membeberkan jika otak pelaku pembunuhan berencana ini, Iqbal pernah mencari dukun untuk menyantet korban.
Dari situ, ada orang pun disuruh melempar sesuatu ke rumah, tapi korban pun tidak meninggal.
Budhi menjelaskan perkara ini sudah direncanakan dari tahun 2020 dan baru terlaksana pada tahun 2022.
“Motif peristiwa ini terjadi didasari asmara atau cinta segitiga. Makanya saya ingatkan, jangan punya simpanan. Karena asmara bisa menutup mata hati kita semua,” katanya.
Ditemui terpisah, menyoal ditetapkannya Kasatpol PP Makassar sebagai tersangka, Wali Kota Makassar Mohammad Ramadhan 'Danny' Pomanto segera menonaktifkan jabatan Iqbal. "Kalau sudah tersangka, saya besok mulai memprosesnya. Kalau sudah tersangka, artinya pemberhentian sementara," tandasnya, Sabtu.
Santet
M Iqbal Asnan diduga mulai merencanakan pembunuhan anggota Dishub Kota Makassar Najamuddin Sewang sejak tahun 2020.
Iqbal Isnan marah diduga karena Najamuddin Sewang dekat dengan orang yang disenangi Iqbal, bernisial RCP.
Sebelum, menggunakan oknum polisi berinisial SL menembak Najamuddin, M Iqbal Asnan rupanya pernah mencoba cara lain.
Yaitu dengan mendatangi dukun untuk menghabisi nyawa Najamuddin dengan cara di luar nalar atau santet.
"Setelah dikonstruksi, perkara ini ternyata sudah direncanakan sejak 2020. Jadi rencana pembunuhan ini direncanakan sejak 2020," kata Kapolrestabes Makassar Kombes Pol Budhi Haryanto, saat merilis kasus itu di kantornya, Senin (18/4/2022) siang.
Langkah awal yang dilakukan M Iqba Asnan, dengan menyuruh orang melempar sesuatu di depan rumah Najamuddin Sewang.
Namun, benda yang diperoleh dari dukun itu kata dia, tidak mempan untuk membuat Najamuddin Sewang meninggal dunia.
"Otak pelaku ini (M Iqbal Asnan) menyuruh orang melempar sesuatu dari dukun di depan rumah korban, namun tidak mempan," ungkapnya.
Upaya yang gagal itu, pun membuat Iqbal kian dendam dan bertemu dengan oknum polisi berinisial SL.
Keduanya yang merupakan kenalan satu daerah pun menyepakati pembunuhan Najamuddin Sewang.
SL yang terlatih menembak di satuannya Korps Bhayangkara pun bersedia menjadi eksekutor.
Senjata pabrikan jenis revolver pun diperoleh melalui belanja online yang dijual oleh jaringan terorisme.
"Senjata, kita telusuri dimilki tersangka SL ini mendapat senjata ini beli lewat online. Ditelusuri jaringan teroris yang memang menjual senjata itu," ungkap Budhi.
Ia juga membenarkan status SL yang merupakan anggota Polri.
"Untuk tersangka eksekutor, kita sampaikan merupakan anggota kita, oknum anggota Polri. Tapi kita perintah pimpinan tidak ada tutup tutupan, kita akan proses berat," jelasnya.
Selain M Iqbal Asnan dan juga oknum polisi SL, polisi menangkap tiga tersangka lain berinisial A, SH dan AKM yang turut terlibat.
Ke limanya dijerat pasal pembunuhan berencana dengan ancaman hukuman seumur hidup.
Diketahui, Najamuddin tewas tertembak di Jl Danau Tanjung Bunga, Kecamatan Tamalate Makassar, 3 April lalu.
Awalnya, Najamuddin dikira meninggal dunia akibat kecelakaan tunggal.
Namun, setelah jenazah hendak dikafani, ditemui ada lubang diduga bekas tembakan di punggung almarhum.
Dari situ, keluarganya pun sepakan mengautopsi jenazah Najamuddin.
Hasilnya ditemukan proyektil peluru bersarang di bawah ketiak kiri korban. (Kompas.com/Hendra Cipto/Rachmawati/Ardi Priyatno Utomo/Tribun Timur/Muslimin Emba)