"Nggak banyak yang diceritakan anak kita. Karena kondisinya mungkin masih trauma. Dikit-dikit dia cerita. Katanya dia naik bus. Cuma karena anak kita ini belum seberapa fasih membaca, dia tidak tahu naik bus jurusan ke mana. Yang jelas kata dia, mereka (anaknya dan Helmi) berangkat dari sini naik bus. Sampai di sana mungkin karena kekurangan biaya, mereka berjualan pisang, minuman-minuman gitu," katanya.
"Tapi sebulan belakang ini Helmi itu nggak pulang. Jadi anak kita yang ngurus pak RT. Kalau dari kondisi fisik kayaknya nggak ada bekas-bekas penganiayaan ya. Mau tanya lebih dalam lagi, takutnya dia masih trauma. Yang jelas kemarin dia sudah divisum luar kemarin, bersama rombongan KPAI, PPA, dan lainnya," ujarnya.
Siti mengucapkan terimakasih atas dukungan KPAI, PPA kabupaten, pihak sekolah, maupun pihak kepolisian yang telah membantu kepulangan anaknya.
"Dari KPAI dan PPA kemarin sudah datang, dan memberikan dukungan kepada kita. Mereka juga menyarankan untuk sementara anak kita untuk istirahat dulu di rumah agar mengembalikan rasa percaya dirinya dan traumanya."
"Lalu dari perwakilan sekolahnya juga sudah datang kemarin, mereka juga memberikan dukungan salah satunya memberikan kelonggaran untuk anak kita supaya bisa belajar dari rumah dan mengikuti ujian dari rumah. Sampai tahun ajaran baru mulai," katanya.
Baca juga: Dipicu Perselisihan Buang Sampah dan Geber Motor, Kakek 60 Tahun di Lumajang Bacok Tetangganya
Baca juga: Warga Blitar Kaget Temukan Motor Ambruk di Tengah Makam, Ternyata Motor Curian
Baca juga: Kepergok Coba Curi Motor, Nenek di Mojokerto Pura-pura Alami Gangguan Jiwa
Pihak keluarga menyayangkan tindakan yang dilakukan Helmi.
"Ya kita merasa kecewa. Karena Helmi ini sudah kita anggap seperti anak sendiri. Kebetulan dia juga sering ke rumah. Kita nggak pernah menaruh curiga ke dia kalau bakal seperti ini," katanya.
"Awal anak kita bisa kenal dengan dia karena ingin membeli burung. Lama-lama deket, sering main ke rumah, jemput anak kita dibawa ke rumahnya. Sudah berapa kali kita peringatkan, supaya dia menjauhi anak kita. Namun dia tetap saja menjemput anak kita, sampai kejadian membawa pergi anak kita itu," katanya.
Siti mengimbau kepada orang tua yang memiliki anak-anak, untuk selalu waspada dengan teman dekat anaknya dan lebih memperhatikan lagi keberadaan anaknya.
"Semoga pengalaman pahit ini kita saja yang merasakan. Semoga tidak ada orang tua lain yang juga merasakannya. Ya kita hanya bisa menyarankan kepada para orangtua untuk lebih waspada. Lebih perduli lagi sama anaknya. Perhatikan teman bermain anaknya. Beruntung anak kita bisa kembali dalam keadaan seperti ini. Jadi kepada para orang tua harus lebih perhatian terhadap anak," ujarnya.
Artikel ini telah tayang di TribunSumsel.com dengan judul Kisah Pilu Bocah Hilang Selama 4 Bulan, Ditinggal Teman, Jual Pisang dan Minum untuk Bertahan Hidup,