TRIBUNNEWS,COM, DENPASAR - Gubernur Bali, I Wayan Koster mengundang seluruh staeholder pariwisata, yakni para general manager, owner, dan pelaku pariwisata di Bali dalam pertemuan 'Ikrar Bersama Pelaku Usaha Pariwisata Bali' di Art Center, Denpasar, Selasa (31/5).
Hadir dalam pertemuan itu, diantaranya PHRI, BHA, GIPI, dan beberapa pelaku pariwisata lainnya. GM hotel yang diundang 402 orang.
"Ini merupakan pertemuan pertama yang secara khusus untuk membahas membicarakan berbagai hal yang berkaitan dengan Bali. Agar terwujud kehidupan yang harmonis di Bali, alam manusia dan budaya. Pandemi Covid-19 itu adalah momentum untk kita semua untuk menilai, melakukan introspeksi sedalam-dalamnya tentang berbagai hal," ujar Koster.
Dia mengatakan, banyak masyarakat umum berpendidikan tinggi, bahkan yang tinggal di desa-desa yang belum mengerti program Bali Era Baru. Koster mengatakan, program ini memang belum waktunya dibuka karena pemahaman itu harus ditangkap langsung.
Menurutnya, Bali jangan dilihat sama dengan daerah lain. Bali memiliki dimensi niskala yang membuat Bali sakral dan metaksu, yang membuat orang tertarik jatuh cinta untuk berkunjung ke Bali.
"Satu-satunya yang kita miliki kekayaan, keunikan dan keunggulan budaya. Bali tidak memiliki tambang, gas, minyak seperti di daerah lain. Tapi Bali hanya dianugerahi dengan kekayaan dan keunikan budaya yang berisi unsur adat, seni dan kearifan lokal. Bali harus survive secara berkelanjutan dari potensi yang dimiliki," imbuhnya.
Ia turut menyampaikan bagaimana progres rencana pembangunan Tol Jagat Kerthi Bali atau Tol Gilimanuk-Mengwi.
Semula perencanaan pembangunan Tol tersebut akan dimulai pada tahap pembangunan fisik pada 2023. Namun ternyata Presiden RI memerintahkan Menteri PU agar pada September 2022 ini sudah dilangsungkan ground breaking.
"Kalau sudah ground breaking kebetulan sepanjang 6 kilometer tanah itu milik Provinsi Bali. Tidak perlu ribet karena di bawah saya langsung. Ada 3 segmen dan yang akan dikerjakan terlebih dahulu segmen 1 dan 2. Bupati, dan perangkat desa mendukung," imbuhnya.
Menurut Koster, untuk menjadi pariwisata kelas dunia tidak cukup dari infrastruktur saja. Sejauh ini ia menilai belum ada design yang dirancang untuk infrastruktur. Dan destinasi di Bali terkesan itu-itu saja, seperti Uluwatu, Sanur, Ubud atau destinasi lainnya.
Ia pun mengatakan, akan menjadikan Bali memiliki daya saing seperti Singapura, Malaysia dan negara lain.
Dalam acara tersebut ia juga menegur hotel-hotel yang belum menerapkan penggunaan endek Bali dan penggunaan baju adat Bali pada Rabu dan Kamis. Peraturan ini juga berlaku pada GM hotel yang berkewarganegaraan asing. Para pelaku usaha akan diberikan sanksi nantinya jika tidak mengikuti beberapa kebijakan Pemprov Bali.
"Untuk memastikan ini berjalan dengan baik saya akan membuat tim gabungan operasi untuk penertiban agar semua bisa dikawal dengan baik. Jadi pariwisata betul-betul berbasis budaya dan bermartabat," tandasnya.
Ia juga menekankan, tidak boleh lagi terdapat wisatawan mancanegara yang melakukan tindakan melenceng di Bali. Nantinya dibuatkan peraturan agar tidak terjadi lagi pelecehan tempat suci, bahkan parahnya ada wisman yang sempat cebok di air suci.