Hari demi hari dilalui Hadjarudin sebagai guru honorer dengan penuh kesabaran, hingga akhirnya dia pernah diganjar penghargaan guru daerah terpencil (Gurdacil) oleh pemerintah setempat dan mendapat uang 'kadeudeuh' sebesar Rp 1,7 juta.
Baca juga: Pemprov Banten Berusaha Cari Jalan Keluar Terkait Penghapusan Tenaga Honorer
Baca juga: Tenaga Honorer Senior di Tasikmalaya Diusulkan jadi PPPK
"Dapat Rp 1,7 juta cuma satu kali, setelah itu honor naik bertahap, tapi sampai sekarang honor saya hanya Rp 350 per bulan dari dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS)," ujar Hadjarudin.
Dengan honor guru honorer Rp 350 ribu per bulan pada zaman sekarang tentunya itu jauh dari kata cukup, tetapi dia tetap bertahan dan sampai saat ini belum ada niat untuk pensiun.
Untuk menutupi kekurangan uang honor dari mengajar, dia mengandalkan uang tambahan dari hasil bertani, sehingga kebutuhan sehari-harinya bisa tetap terpenuhi.
"Kebutuhan dicukup-cukupkan saja karena sekarang hanya ada anak angkat, kalau istri sudah gak ada (meninggal dunia) dari dua tahun lalu," katanya.
Hingga saat ini, Hadjarudin masih tetap semangat untuk mengajar meskipun hanya mendapat honor pas-pasan, tetapi dia belum bisa memastikan kapan akan pensiun sebagai guru honorer.
Artikel ini telah tayang di TribunJabar.id dengan judul Kisah Guru Honorer di Pelosok KBB, Mengajar 52 Tahun, Gaji Rp 350 Ribu, Sehari Jalan Kaki 10 Km