Pembuatan instalasi biogas dilakukan secara bertahap sesuai dengan ketersediaan dana.
Pada tahun pertama, jumlah keluarga yang memiliki instalasi biogas baru sebanyak 11 Kepala Keluarga (KK).
Lalu, di tahun 2016 dibuat lagi biodigester untuk 12 KK, 2017 dibuat biodigester untuk 13 KK dan di 2021 dibuat lagi untuk 18 KK.
Pembuatan biodigester sempat terhenti saat Pandemi lantaran dana desa dialihkan untuk penanganan Covid-19.
Saat ini, total ada 54 KK yang sudah memiliki instalasi biogas.
Instalasi biogas ini, terang Sukrisno, menggunakan teknologi sederhana.
Kandang sapi warga didesain lebih tinggi sehingga kotoran sapi bisa masuk ke inlet.
Dari inlet, kotoran sapi yang bercampur air masuk ke digester.
Setelah itu, di dalam digester akan terjadi proses fermentasi sehingga menghasilkan gas metana.
“Gas metana itu kemudian disalurkan melalui pipa yang tersambung ke kompor dan lampu petromaks,” katanya.
Baca juga: Panas Bumi Dinilai Penting bagi Program Dekarbonisasi untuk Dukung Energi Bersih
Adapun dana pembuatan instalasi biogas itu berasal dari berbagai sumber mulai dari anggaran pemerintah pusat, dana Desa Sukorejo maupun Corporate Social Responsibilty (CSR) pihak swasta.
Berkat pengembangan biogas ini, Desa Sukorejo menyabet Juara 3 Tingkat Provinsi dalam Lomba Desa Mandiri Energi yang diadakan Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral Jawa Tengah.
Kemudian, pada 2022 ini, Sukorejo mendapat penghargaan Desa Mandiri Energi kategori Mapan.
Saat ini, lanjut Sukrisno, pemerintah desa terus melakukan inovasi agar program biogas ini bisa terintegrasi secara lebih luas dan semakin memberi dampak peningkatan ekonomi warga.