Laporan Wartawan Tribunnews.com, Sri Juliati
TRIBUNNEWS.COM - Nyala api biru muncul ketika Wantini menyalakan kompor dua tungku miliknya di dapur.
Warga Dukuh Dungus, Desa Mundu, Kecamatan Tulung, Kabupaten Klaten itu segera meletakkan sebuah panci berisi air di atasnya.
Sembari menunggu air yang dijerangnya mendidih, Wantini menyiapkan beberapa gelas berisikan gula dan kantong teh.
Tak jauh dari kompor yang dipakai Wantini untuk memasak air, terdapat sebuah instalasi berupa paralon tinggi yang menempel pada dinding.
Paralon tersebut tersambung dengan regulator warna hitam yang dipasang di belakang kompor.
Sementara di samping paralon, terdapat sebuah alat ukur dilengkapi tulisan berupa angka.
Tak ada tabung gas elpiji yang terpasang di dekat alat memasak itu.
Usut punya usut, nyala api yang keluar dari kompor ternyata berasal dari gas yang disalurkan melalui pipa.
Adapun sumber gas tersebut adalah hasil pengolahan kotoran sapi yaitu biogas.
Ternyata, sudah hampir delapan tahun lamanya, Wantini menggunakan biogas sebagai sumber energi alternatif pengganti LPG di rumahnya untuk memasak.
Keraguan menggunakan sumber energi alternatif ini memang sempat membayangi Wantini.
Namun seiring dengan beragam manfaat yang dituainya, ia semakin mantap menggunakan biogas.
"Awalnya takut kalau nanti muncul baunya dan mempengaruhi rasa masakan. Ternyata enggak, cuma pas awal-awal saja."