Warga hanya memanfaatkan limbah ternak sebagai pupuk tanaman atau malah dibuang begitu saja.
Adalah Lembaga Pengembangan Teknologi Pedesaan (LPTP) Surakarta yang melirik potensi belum tergarapnya limbah kotoran sapi tersebut.
Masuk pada 2013, LPTP memberikan pendampingan agar masyarakat dapat secara mandiri mengolah limbah kotoran sapi menjadi bentuk yang lain, yaitu biogas.
Tak sekadar memberikan sosialiasi, pihak LPTP ingin agar ada percontohan pengembangan biogas di rumah warga.
Gayung bersambut, sejumlah anggota kelompok tani ternak yang dipimpin Teguh berminat untuk mengikuti program tersebut.
Di tengah rasa semangat menyala, mereka harus menghadapi kendala pertama: butuh biaya yang cukup besar agar bisa membangun biodigester atau unit untuk memproses limbah kotoran sapi menjadi biogas.
Teguh dan anggota kelompok tani ternak memutar otak, mencari cara bagaimana mengumpulkan dana agar bisa membangun biodigester.
Mereka tak bisa hanya mengandalkan bantuan dari LPTP atau pihak lainnya.
Hingga akhirnya, tercetuslah ide arisan biogas yang dinilai Teguh sebagai satu bentuk gotong royong atau saling bantu antar-warga.
Setiap malam Jumat Kliwon, lima anggota kelompok tani ternak Desa Mundu berkumpul membentuk kelompok arisan.
"Skemanya sama seperti arisan kebanyakan, kami kumpulkan uang, saat itu per orang Rp 500 ribu."
"Setelah terkumpul, dana tersebut kami belikan material untuk membangun biodigester di rumah milik anggota arisan yang telah siap," ucap Teguh.
Lewat kegiatan arisan pula sejumlah hal terkait pengembangan biogas dibahas, termasuk beberapa permasalahannya.
Teguh sangat bersyukur sebab pihak LPTP setia mendampingi kelompok arisannya hingga segala proses pengolahan limbah kotoran sapi bisa selesai dilakukan.