"Adik-adik di atas sampai usia 15 tahun tidak sekolah dan belum tahu baca."
Sehingga, Henok pun merasa tergerak untuk membawa rumah baca Sijo agar didirikan di Kampung Dugrijmog.
"Saya koordinasi dengan Kakak Lamek untuk bisa membawa rumah baca Sijo dari Manokwari ke Kampung saya," imbuhnya.
Keinginan Henok pun mendapatkan respon positif dan dukungan dari Lamek.
Baca juga: Kemendagri Akan Tempatkan 21 OPD dengan 1.050 Orang Personel Per Provinsi di 3 DOB Papua
"Ketika saya bawa ke kampung, hanya hitungan dua hari orang tua di sana pun mendukung gerakan ini," katanya.
Ia mengaku, selama bergerak tidak ada pemerintah daerah yang mendukungnya dalam menghadirkan rumah baca di pelosok Pegunungan Arfak, Papua Barat.
"Selama berjalan saya hanya didukung oleh Kakak Lamek, kalau untuk yang lain sampai sekarang belum ada," ujarnya.
Buta Aksara
Sejak awal, di tanah kelahirannya itu mulai dari anak hingga orang tua tidak tahu membaca atau buta aksara.
Pasalnya, untuk akses ke ibu kota Kabupaten Pegunungan Arfak, anak-anak harus menempuh perjalanan sepanjang 10 kilometer.
Sehingga, rata-rata anak di Kampung Dugrijmog lebih memutuskan untuk tidak mengenyam pendidikan dasar hingga lanjutan.
"Anak-anak sampai orang tua mereka memang buta huruf tidak tahu baca," bebernya.
"Dengan hadirnya gerakan ini di Dugrijmog, puji tuhan satu per satu anak-anak mulai tahu baca dan tulis."
"Mereka senang karena kehadiran sejak rumah baca hadir di Dugrijmog, kurang lebih 32 anak sudah bisa baca dan tulis," imbuhnya.