News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Kisah Tukang Becak di Solo, Meski Menabung Uang Receh, Tak Pernah Telat Bayar Iuran Bulanan JKN-KIS

Editor: Pravitri Retno W
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Subagyo menunjukkan kartu JKN-KIS yang setiap saat ada di dompetnya usai mengayuh becak di Jalan Honggowongso, Kota Solo, Kamis (25/8/2022) malam. Cara dia membayar iuran cukup unik karena menabung uang kecil atau receh dari penghasilan setiap harinya.

Tapi bagi dia, mau tidak mau harus seperti itu agar pendapatan utuh untuk keluarganya.

"Kenapa buat JKN-KIS ya untuk jaga-jaga, karena saya hidup di jalanan, tapi istri yang tak pernah sakit juga saya buatkan," aku dia.

Terlebih dia pernah mengalami, sebelum punya 'kartu sakti' itu, dia harus merogoh kocek banyak saat kondisi keuangan seret akibat pandemi Covid-19.

Dia harus mengeluarkan Rp300 ribu usai periksa dan tebus obat.

"Dari situ saya dan istri berpikir, sebelumnya juga diberi tahu tetangga 'mbok gawe BPJS wae' (ya buat BPJS saja) yang Kelas 3 'kan terjangkau," jelas dia.

Sisihkan Penghasilan Harian

Ternyata cara Pak Bagyo patut diacungi jempol, agar bisa membayar iuran setiap bulan, dia menabung dari uang recehan koin Rp1.000 hingga Rp2.000 per hari.

Namun, jika hari itu dapat banyak penumpang, ia bisa menabung Rp5.000.

"Receh-receh ada seribuan hingga lima ribu rupiah. Niku wajib tak celengi istilahe ben saget bayare (itu wajib ditabung istilahnya biar bisa bayarnya)," kata dia.

“Bisa, saya buktikan dua tahun ini 'kan,” akunya.

Hanya saja, menarik becak di tengah gempuran kendaraan pribadi dan ojol, tak mudah.

Dulu kata Pak Bagyo, mendapat Rp20.000 per hari adalah kebanggaan.

Karena dari becaklah dia bisa menghidupi dirinya, istri, biaya sekolah dua anaknya sampai lulus, hingga keperluan lain.

Kini itu tinggal cerita, sehingga kayuhan becak hanya untuk bertahan hidup.

Halaman
1234
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini