Keduanya juga sempat minta tambahan uang saku untuk bekal selama di Malang.
Saat di Malang, Irsyad mampir ke rumah pamannya.
Baca juga: Pelatih Arema Javier Roca Menangis Cerita Tragedi Kanjuruhan, Aremania Meninggal di Pelukan Pemain
Selepas magrib, Irsyad berangkat ke Stadion Kanjuruhan bersama dua kakak sepupunya.
Sementara sang adik, tetap tinggal di rumah pamannya.
Dikatakan Arif, ia kemudian mendapat kabar bahwa anaknya belum pulang setelah menonton pertandingan sepak bola di Kanjuruhan.
Saat mendapat kabar itu, ia sedang bekerja di Kabupaten Tulungagung.
"Saya posisinya kerja di Tulungagung ditelepon ada musibah di Kanjuruhan saat itu (korban) belum ketemu itu sekitar pukul 03.00 WIB," terangnya.
Keluarga dibantu relawan mahasiswa lantas berupaya mencari hingga mendapati korban ditemukan di Rumah Sakit Wava Husada, Kabupaten Malang.
"Kondisinya kritis dan meninggal di rumah sakit Wava Husada, Kepanjen karena meluber banyak korbannya sehingga tidak terkontrol," bebernya.
Arif mengungkapkan, melihat kondisi tubuh anaknya, Irsyad kemungkinan terkena dampak gas air mata yang ditembakkan petugas.
Lalu, terinjak-injak penonton lain saat terjadi kepanikan di dalam Stadion Kanjuruhan.
Dugaan itu berangkat dari kondisi luka pada tubuh korban yang mengalami memar di wajah serta terdapat luka di dada dan tangan.
Baca juga: Kronologi Tragedi Kanjuruhan Versi Polisi, Tembakan Gas Air Mata untuk Halau Suporter Kejar Pemain
Selain Irsyad, dua kakak sespupunya juga menjadi korban tewas dalam tragedi tersebut.
"Kondisinya luka di kaki, memar di dada dan wajahnya seperti gosong, membiru karena terkena gas air mata."