“Paling pagi berangkat pukul 05.00, paling sore pukul 17.30 dari Terminal Tirtonadi,” ungkap Agung.
Saat mendapat jadwal berangkat paling awal, Agung berangkat menuju garasi Trans Jateng yang berada di Terminal Gemolong, Sragen, saat fajar belum menyingsing.
"Kadang setelah salat Subuh, kadang juga sebelumnya, sesuai jadwal pemberangkatan," ujarnya.
Sementara itu jumlah hari kerja Agung dan sopir lainnya di Trans Jateng adalah empat hari masuk, dua hari libur.
Menurut Agung, sistem kerja empat hari kerja dua hari libur cukup baginya mendapat waktu beristirahat.
“Sekarang kerjanya santai, bisa dijagakke (diandalkan, red), yang penting berangkat sesuai jadwal,” ungkapnya.
Adanya 14 unit yang beroperasi di rute Solo-Sumberlawang membuat para sopir juga mendapat cukup waktu untuk beristirahat dan melaksanakan ibadah salat wajib.
Waktu untuk istirahat, makan siang, dan salat bisa dilaksanakan para sopir di Terminal Tirtonadi maupun Terminal Sumberlawang.
Trans Jateng Diminati Masyarakat
Menurut Agung, keberadaan Trans Jateng koridor Solo-Sumberlawang mendapat tempat di hati masyarakat.
Banyak pekerja dan pelajar yang menjadikan Trans Jateng sebagai alat transportasi utama mereka.
Agung mengatakan, jarak antarbus biasanya hanya sekitar 15 menit, memudahkan para pengguna.
Apalagi tarifnya yang sangat terjangkau, yaitu jauh/dekat hanya Rp 4.000 untuk penumpang umum.
Sedangkan untuk pelajar, karyawan pabrik, dan veteran hanya Rp 2.000.