TRIBUNNEWS.COM, BOGOR- Polisi mengamankan terduga pelaku penipuan ratusan warga termasuk mahasiswa IPB University bermodus pinjaman online (pinjol) di Bogor, Jawa Barat.
"(Telah) Mengamankan yang terduga pelaku dari penipuan yang kemarin sempat viral dengan korban mahasiswa IPB," kata Kapolres Bogor AKBP Iman Imanuddin, Kamis (17/11/2022).
Baca juga: Kronologi Ratusan Mahasiswa IPB Terjerat Pinjol, Berawal dari Iming-iming Kerja Sama dengan SAN
Terduga pelaku tersebut, kata dia, diamankan di wilayah Kota Bogor.
Sementara ini, dia belum menjelaskan detil terkait penangkapan terduga pelaku tersebut.
Pemeriksaan masih dilakukan terhadap terduga pelaku yang telah membuat ratusan korbannya terjerat utang pinjaman online (pinjol) ini
"Masih diperiksa ya, nanti kita sampaikan hasil pemeriksaannya," kata AKBP Iman Imanuddin.
Sosok terduga pelaku
Ketua RT mengungkapkan sosok SAN, terlapor dugaan kasus penpuan atau pinjaman online (pinjol), Kabupaten Bogor, Jawa Barat.
Tercatat 333 orang menjadi korban dengan 116 diantaranya adalah mahasiswa IPB University.
Polresta Bogor Kota pun saat ini akan melakukan penyelidikan dan akan segera memanggil SAN yang saat ini statusnya masih terlapor.
Baca juga: Kronologi Ratusan Mahasiswa IPB Terjerat Pinjol, Berawal dari Iming-iming Kerja Sama dengan SAN
SAN pun sosoknya terungkap oleh salah seorang korban.
SAN dikenal seorang freelancer jasa pembuatan ATM.
TribunnewsBogor.com pun menelusuri jejak dari SAN ini.
Sosok SAN pun terungkap pernah bertempat tinggal di kontrakan wilayah Tegak Gundil, Kecamatan Bogor Utara, Kota Bogor.
Di gang sempit diantara rumah warga, SAN pernah mengontrak di wilayah itu.
Namun, saat ini SAN sudah tidak mengontrak dan memilih pindah ke wilayah Ciomas Bogor.
Ketua RT setempat, Kamaludin menceritakan, bahwa dirinya mengenal SAN sebagai sosok seseorang yang sopan.
"Dia orangnya sopan. Ga pernah macam-macam. Sama tetangga juga sopan menghargain lah istilahnya. Nah, terakhir dia mengontrak di kontrakan depan rumah saya ini, yang sekarang warung. Ngontrak disini sudah lama sejak dia masih SD, saya juga belum jadi RT. Dia anak yatim, dia tinggal 4 anggota keluarga, ibunya, kakaknya sama adiknya. Tahun nya saya lupa tahun berapa, dia masih SD atau SMP. Pokonya dia ngga lahir disini," kata RT Kamal saat disambangi di kediamannya, Rabu (16/11/2022) malam.
Baca juga: Tanggapan OJK soal Kasus Ratusan Mahasiswa IPB yang Terjerat Pinjol
Kamal melanjutkan, kehidupan dari SAN ini normal-normal saja.
Namun, diakui olehnya, semenjak bekerja, SAN kerap dirundung masalah bahkan sering terlihat ribut dengan keluarganya.
"Dulu masih sekolah, normal kehidupannya ngga neko-neko. Tapi akhir-akhir ini setelah dia kerja banyak masalah. Dia sering berantem sama ibunya sendiri, sama kakaknya juga, jadi memang meresahkan kalau mau disebut begitu, itu karena berisiknya itu," ungkapnya.
"Kalau lagi ribut sama ibu atau kakaknya memang sering teriak teriak kaya kesurupan. Memang karakternya begitu. Saya juga kadang kesitu nyamperin, terus adem lagi, besoknya baikan lagi mereka, sudah boncengan lagi, aneh saya juga makanya," tambahnya.
Kamal memastikan, bahwa memang sejauh ini, masalah dari SAN hanya sebatas itu.
"Sejauh ini masalah dia cuma begitu gitu aja. Kalau sampe punya masalah sama tetangga atau warga lain disini mah ngga pernah," tambahnya.
Namun, dibalik itu semua, kasus-kasus hampir serupa seperti saat ini mulai berdatangan.
SAN yang dikenal sebagai sosok seorang yang sopan, pernah didatangi oleh pihak perusahaan yang dimana dia tempat bekerja.
Baca juga: Ratusan Mahasiswa IPB Terjerat Pinjol, Kemendikbudristek Minta Kampus Beri Literasi Finansial
Kejadian itu, diingat oleh Kamal, terjadi periode tahun 2018 lalu.
"Dia kerja di marketing, ngga tau gimana ceritanya dia bilang di celuler gitu. Jualin kartu perdana gitu. Di daerah Bekasi. Nah itu kasus tuh, dia dilaporin sama tempat kerjanya. Orang perusahan sempat datang ke saya, tanya tanya soal dia. Orang itu bilang dia menggelapkan uang. Dia bawa surat panggilan polisi. Kalau ga salah dari Polres Bekasi itu pemanggilan. Itu 2018an, sudah lama juga itu. Nilainya 45 juta lah. Itu penjualan kartu perdana," ungkapnya.
Setelah didatangi pihak perusahaan itu, masalah itu justru selesai.
Kamal pun sempat merasa bingung, bahwa masalah itu bisa selesai.
Dirinya menduga, bahwa kasus itu selesai atas bantuan beberapa pihak keluarganya yang memang dikenal orang berada.
"Tapi masalah itu selesai, ngga tahu ya selesainya gimana. Mungkin ada bantuan keluarga besar atau apa ya, saya kurang tau bagaimana penyelesaianya. Tapi selesai, adem setelah itu. Dia tetap ada disini (kontrakan) juga," tambahnya.
Alih-alih selesai, kasus lain justru bermunculan kembali.
Namun, kali ini, Kamaludin memilih tidak ikut campur perihal itu.
Baca juga: Ratusan Mahasiswa IPB Terjerat Pinjol, Kemendikbudristek Minta Kampus Beri Literasi Finansial
Sebab, anggapannya, mereka (keluarga SAN) bisa menyelesaikannya sendiri.
"Banyak maslah, banyak yang dateng tapi saya ngga tanggepin karena saya kira ngga akan melibatkan saya, jadi saya anggap angin lalu lah ya. Setelah itu ada lagi dateng, masalah lagi itu, tapi saya ngga tangggepin dah kalau yang itu, bilangnya dari perusahaan juga, ngga tahu itu perusahaan mana gitu," ungkapnya.
Namun, dalam kurun waktu 2022 ini, kasus baru kembali muncul.
SAN yang disapa Butet ini, kembali memunculkan kasus yang hampir serupa.
Dimana, saat itu, dirinya menjual atau menggadaikan sertifikat rumah kontrakannya yang dia akali untuk bisa sebagai syarat membeli mobil.
"Terbaru itu, kaget juga saya, karena menurut saya itu kok anak sekecil itu sudah berani memalsukan AJB rumah kontrakan yang dia tempati. Kan saya tahu itu kontrakan siapa, ngga mungkkin dia punya AJBnya kan. Nah saya lagi pelatihan nih, istri saya telpon, pak ini ada dari leasing. Jadi katanya dia ngga pernah bayar, tapi unit monilnya ngga ada," jelasnya.
"Kejadian itu bulan Oktober. Dia pindah rumah ke Ciomas kan Maret. Akhirnya si leasing itu ngomonglah, kalau SAN itu agunkan rumah kontrakan. Dia akuin itu rumahnya. Saya lihat AJB itu meragukan," imbuhnya.
Barulah, semenjak kasus itu, dan kepindahannya ke Ciomas, beberapa mahasiswa yang mengaku dari IPB University mencari keberadaan dari SAN.
Sekitar periode bulan Agustus 2022, sejumlah mahasiswa hilir mudik mencari keberadaan dari SAN ini.
"Terus datang lah itu banyak mahasiswa IPB, mereka cuma nanyain aja rumahnya disitu atau bukan. Mereka juga tanya sehari hari kaya apa gitu. Saya jawab aja. Dia sopan orangnya, ngga pernah bikin masalah sama orang sini mah. Galak juga sama keluarganya saja," tambahnya.
Dari situlah, Kamal kembali mengetahui, bahwa SAN terlibat kasus kembali.
Baca juga: Update Kasus Mahasiswa IPB Terjerat Pinjol: Langkah Rektor hingga Penjelasan Polisi
Mahasiswa IPB itu bercerita kepada Kamal, bahwa dirinya merasa tertipu dengan ajakan yang bermula dari kerjasama.
"Terus mereka cerita, saya tuh diajak kerjasaama, kami kan punya even dan dia itu sponsor untuk pendanaan segala macem, akhirnya saya ketipu. Uangnya ngga ada," tambahnya.
Teranyar, sekitar dua pekan lalu, kata Kamal, seorang bapak pun kembali mencari keberadaan dari SAN.
Kepada dirinya, bapak itu mengaku bahwa anaknya tertipu oleh SAN.
"Nah dua minggu lalu ya ada bapak-bapak nanya juga kesaya gitu. Katanya anaknya ketipu. Udah bikin laporan juga. Cuman belum kuat karena kan semacam kerjasama gitu. Karema anaknya dapat untung dari investasi katanya. Pernah dapat juga," imbuhnya.
Meski begitu, diakui Kamal, SAN tidak pernah sama sekali membuat kasus dengan warga di wilayahnya ini.
Bahkan, untuk sekedar menawarkan investasi maupun pinjaman online tidak pernah dilakukan oleh SAN.
"Disini ngga apernah nawarin, ke ibu ibu atau apa gitu. Saya juga ngga tahu dia punya OL Shop, tau dari berita saya baca. Nawarin beli aja ngga pernah," tambahnya.
"Saya ngga percaya sebetulnya ada aduan dari anak mahasiswa gitu. Masa sih sampe begitu, makanya saya ngga percaya juga," tandasnya.
Penulis: Naufal Fauzy
Artikel ini telah tayang di TribunnewsBogor.com dengan judul Terduga Pelaku Penipu Mahasiswa IPB Berujung Terjerat Pinjol Berhasil Diamankan Polisi
dan
Cerita Pak RT Soal Sosok Terlapor Kasus Pinjol yang Jerat Ratusan Mahasiswa IPB: Meresahkan