TRIBUNNEWS.COM - Pengungsi di Desa Cibulakan, Kecamatan Cugenang, Kabupaten Cianjur sempat berada satu tenda dengan belasan jenazah korban gempa.
Sebab, warga kebingungan menempatkan jenazah yang baru saja dievakuasi dari reruntuhan.
Kala itu desa mereka terisolir karena akses jalan yang tertutup longsoran akibat gempa.
Mobil ambulans tak bisa masuk ke desa untuk membawa jenazah korban ke rumah sakit.
Hal itu diketaui dari cerita Hajah Rosidah, seorang pengungsi di Desa Cibulakan.
Jenazah akhirnya ditaruh di belakang tenda karena anak-anak ketakutan.
"Karena anak-anak trauma, akhirnya kami pisah jenazah ditaruh di ujung belakang sana, sementara warga di depan sini," ucap Rosidah dilansir TribunnewsBogor.com dari Tribun Depok.
Karena ambulans tak bisa masuk desa, kemudian pada Selasa (22/11/2022) pagi, warga memutuskan untuk menguburkan belasan jenazah.
Mereka memandikan jenazah seadanya lantaran air PAM dan listrik mati.
Baca juga: BNPB Ungkap Kemungkinan Adanya Korban Hilang Gempa Cianjur yang Belum Terlapor
Warga bahu-membahu mengurus jenazah dengan memandikannya di sebuah parit yang terletak persis di belakang posko pengungsian.
Kata Rosidah, kondisi air parit tersebut bersih namun berwarna keruh.
Parit tersebut biasa digunakan warga untuk mengairi sawah sekitar.
"Karena kalau tidak dikubur bagaimana, kasihan anak-anak trauma melihatnya. Menunggu bantuan tidak tahu kapan tiba," ucapnya.
Kata Rosidah, bantuan baru tiba pada Selasa sore.
Saat itu jenazah sudah semuanya dikuburkan.
Rosidah pun bersyukur bantuan akhirnya tiba di kampungnya pada Selasa (22/11/2022).
Mayoritas bantuan tersebut berasal dari relawan dan komunitas.
Di hari pertama gempa, warga hanya makan seadanya dari bahan pokok rumah warga yang tidak roboh.
"Semua makanan warga yang rumahnya selamat mulai dari mi instan, daging, beras dikeluarkan semua untuk saling bantu warga yang rumahnya roboh," ucap Rosidah.
BNPB umumkan 310 jenazah ditemukan
Tim SAR gabungan telah menemukan 17 orang hilang yang tertimbun di dua titik lokasi tanah longsor akibat gempa bumi di Kabupaten Cianjur, Jawa Barat.
Hingga kini tercatat ada sebanyak 310 jenazah yang berhasil ditemukan dan teridentifikasi, Jumat (25/11/2022).
Kepala BNPB, Letjen TNI Suharyanto mengatakan, dari sebanyak 39 orang yang hilang didua titik lokasi longsor, 17 di antaranya telah ditemukan petugas gabungan.
"Dari 17 jenazah yang ditemukan tersebut, sembilan merupakan warga Desa Mangunkerta setelah teridentifikasi.
Baca juga: 9 Pelintas Tewas Akibat Gempa Cianjur Belum Teridentifikasi, BNPB: Lapor Jika Kehilangan Keluarga
Sedangkan delapan lainya merupakan warga yang tengah melintas dan belum teridentifikasi," ucapnya pada wartawan.
Petugas gabungan telah berhasil mengidentifikasi sebanyak 21 jenazah yang ditemukan sebelumnya.
"Kemarin ada satu jenazah by name by address yang telah ditemukan.
Lalu berdasarkan penelusuran dari rumah sakit, Puskesmas dan DVI ditemukan 20 jenazah teridentifikasi, sehingga jumlah korban meninggal jadi 310 orang," kata dia.
Ia mengatakan, petugas gabungan dari SAR, TNI/Polri hingga saat ini masih melakukan pencarian terhadap 24 orang yang belum ditemukan.
Namun jumlah tersebut sudah teridentifikasi.
"Jumlah rumah yang mengalami kerusakan ringan, sedang dan berat masih sebanyak 58.049.
Sampai sekarang jumlah rumah rusak ini masih fluktuatif, tetapi pihak terkait masih melakukan verifikasi," kata dia.
Suharyanto menambahkan jumlah sekolah yang mengalami kerusakan mencapai 363 bangunan, 144 tempat ibadah, 16 bangunan perkantoran dan gedung.
Curhat petugas kamar jenazah
Tercatat 15 orang korban meninggal dunia akibat gempa bumi di Cianjur, Jawa Barat dibawa ke Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Cimacan, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat.
Dedi Hamzah, selaku petugas kamar jenazah RSUD Cimacan membagikan kisahnya saat mengurus semua jenazah bersama tim.
Dedi menjelaskan, pada hari pertama gempa terjadi, Senin (21/11/2022) lalu. Delapan hingga sepuluh jenazah dilarikan ke RSUD Cimacan.
"Paling banyak hari pertama. Jenazah (masuk) delapan atau sepuluh," kata Dedi, saat diwawancarai di kamar jenazah RSUD Cimacan, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat, Jumat (25/11/2022).
Dedi mengaku merasa sedih melihat banyaknya korban jiwa akibat gempa tersebut.
Ia mengatakan, tak sanggup bila membayangkan menjadi keluarga korban yang ditinggalkan anggota keluarganya.
"Saya terus terang merasa sedih ada. Merasa benar-benar terharu. Merasa benar-benar ingin nangislah," ungkapnya.
"Ibaratnya gini, kalau itu keluarga saya. Apa yang akan saya lakukan? Meski tidak saya luapkan. Saya benar-benar menangis dalam hati saya," sambung Dedi.
Pasalnya, kondisi jenazah yang datang juga bermacam-macam. Menurutnya, dua diantara 15 jenazah sulit diidentifikasi identitasnya.
"Ada dua jenazah yang sulit diidentifikasi. Karena memang mukanya tidak jelas," katanya.
Dedi menuturkan, sebagian besar jenazah mengalami luka di kepala dan kaki fraktur.
"Tapi paling banyak luka di kepala. Mungkin karena tertimpa longsoran atau timbunan puing-puing."
Sementara itu, kata Dedi, kesibukan mengurus banyaknya korban akibat gempa membuatnya lupa keluarga.
"Mungkin karena kesibukan, banyaknya pasien luka ringan, luka berat, bukan hanya meninggal. Saya jadi lebih memikirkan orang lain daripada keluarga sendiri," ungkap Dedi.
Bahkan, pascagempa terjadi, Dedi mengatakan, baru ingat bahwa sang anak masih di sekolah, Senin siang itu.
"Baru ingat karena banyak korban masuk (RSUD Cimacan). Baru saya telepon gurunya. Katanya sudah dievakuasi," jelas pria yang mengenakan pakaian perawat itu.
"Baru kemarin saya evakuasi istri dan anak saya ke rumah mertua," jelasnya.
Menanggapi hal itu, menurut Dedi, untuk menjalani profesinya harus diniatkan ikhlas.
"Harus diniatkan ikhlas dan benar-benar mempertanggungjawabkan dunia dan akhirat ya," katanya.
Meski begitu, Dedi kemudian mengatakan, menjalankan tugasnya dengan senang hati untuk memberikan pelayanan yang baik.
"Ketika pelaksanaan kita enjoy. Kita laksanakan dengan tim dengan baik. InshaAllah memberi pelayanan dengan baik," tutur Dedi.
Artikel ini telah tayang di TribunnewsBogor.com dengan judul Kisah Korban Gempa Cianjur Tidur Bareng 11 Mayat di Tenda Pengungsian, Terpal Bekas Jadi Pelindung