TRIUNNEWS.COM, BLITAR - Polisi terus bekerja mengusut kasus peramokan dan penyekapan yang menimpa Wali Kota Blitar Santoso dan istrinya, Feti Wulandari pada Senin (13/12/2022) dinihari.
Polisi bahkan membentuk tim gabungan dari Polda Jatim dan Polres Blitar Kota untuk mengusut kasus yang terjadi di Rumah Dinas Wali Kota Blitar.tersebut.
Kapolres Blitar Kota AKBP Argowiyono mengatakan, pihaknya masih menunggu hasil uji laboratorium terhadap sidik jari yang ditemukan hasil olah TKP.
Polisi juga terus menambah saksi untuk diperiksa.
Baca juga: Sosok Feti Wulandari, Istri Wali Kota Blitar Santoso yang Disekap saat Ada Perampokan
"Perkembangan penyidikan (perampokan di Rumah Dinas Wali Kota Blitar) ada kemajuan. Banyak bahan yang kami terima dan sedang didalami satu per satu, termasuk informasi pelaku sedang kami profiling. Mudah-mudahan bisa dimatangkan," kata Kapolres Blitar Kota, AKBP Argowiyono, Rabu (14/12/2022).
Argo mengatakan, profiling informasi pelaku tentunya dilakukan dengan sistem scientific investigation.
Menurutnya, tim sudah membuat list informasi pelaku, tetapi detailnya belum bisa disampaikan ke publik.
"Kami masih profiling informasi pelaku, tentunya dengan scientific investigation. Kami terus mendalami untuk kemungkinan pelakunya," ujarnya.
Selain itu, kata Argo, tim juga masih menunggu hasil uji laboratorium sidik jari yang ditemukan ketika olah TKP di lokasi kejadian.
Ada beberapa sampel sidik jari yang dikirim ke Jakarta untuk diidentifikasi, agar hasilnya lebih akurat.
"Dengan adanya (sidik jari) ini, menambah optimisme dari para penyidik untuk mendapatkan titik terang pelaku," katanya.
Sebelumnya, Ditreskrimum Polda Jatim membentuk tim khusus gabungan dari Labor Polda Jatim, Inafis Polda Jatim dan Satreskrim Polres Blitar Kota untuk mengusut peristiwa perampokan di Rumah Dinas Wali Kota Blitar pada Senin (12/12/2022).
Baca juga: Harta Kekayaan Wali Kota Blitar Santoso, Korban Perampokan dan Penyekapan, Capai Rp1,4 Miliar
Tim sudah melakukan olah TKP di Rumah Dinas Wali Kota Blitar. Tim mengambil sidik jari dan DNA dalam olah TKP di lokasi kejadian.
Sampai sekarang, polisi juga sudah memeriksa lebih dari 20 saksi dalam peristiwa perampokan di Rumah Dinas Wali Kota Blitar.
Dalam peristiwa perampokan itu, pelaku menyekap Wali Kota Blitar, Santoso bersama sang istri, Feti Wulandari dan tiga anggota Satpol PP yang berjaga di rumah dinas.
Pelaku yang diperkirakan berjumlah lima orang dengan mengendarai mobil berpelat merah yang diduga palsu, menggasak uang tunai Rp 400 juta dan sejumlah perhiasan dari Rumah Dinas Wali Kota Blitar.
Tim Gabungan
Sebelumnya, proses pengusutan kasus perampokan tersebut, Polda Jatim telah membentuk tim khusus yang terdiri dari Subdit III Jatanras Ditreskrimum Polda Jatim, Bidang Labfor Polda Jatim, Satreskrim Polres Blitar Kota, dan Satreskrim Polres Blitar.
Selama berlangsungnya proses penyelidikan. Terdapat empat titik lokasi yang dilakukan olah TKP di Rumah Dinas Wali Kota Blitar, sebagai locus delicti aksi kejahatan tersebut.
Kemudian, pihak penyidik melakukan pendeteksian sidik jari di sejumlah titik dari empat area lokasi yang dilakukan prosedur olah TKP.
Baca juga: Wali Kota Blitar Santoso Alami Perampokan di Rumah Dinas, Miliki Harta Kekayaan Rp 1,4 Miliar
"Dalam olah TKP, kami melakukan pengambilan sidik jari dan DNA, ini teknis sekali, kami belum bisa sampaikan. Hasil olah TKP, decoder CCTV dibawa pelaku dan kami sudah koordinasi dengan Diskominfo untuk menggantinya," ujar Direktur Ditreskrimum Polda Jatim Kombes Pol Totok Suharyanto, pada awak media di Mapolres Blitar Kota, Senin (12/12/2022).
Berikut fakta-fakta terbaru kasus ini:
1. Mobil plat merah terekam kamera
Video rekaman kamera CCTV yang memperlihatkan mobil perampok masuk ke Rumah Dinas Wali Kota Blitar Santoso beredar di media sosial.
Dalam video berdurasi 56 detik itu terlihat ada seorang pria membukakan pintu gerbang utama Rumah Dinas Wali Kota Blitar di Jl Sudanco Supriyadi, Kota Blitar, pada Senin (12/12/2022) pukul 03.06 WIB.
Bersamaan pintu gerbang dibuka, terlihat mobil jenis Toyota Innova warna hitam berpelat merah masuk berlahan ke halaman Rumah Dinas Wali Kota Blitar.
Setelah mobil masuk, pria yang diduga salah satu pelaku menutup kembali pintu gerbang utama Rumah Dinas Wali Kota Blitar.
Selanjutnya, pria itu terlihat berjalan santai menuju ke arah Rumah Dinas Wali Kota Blitar.
Video itu merupakan rekaman CCTV yang berada di seberang pintu gerbang utama Rumah Dinas Wali Kota Blitar.
Baca juga: Cerita Wali Kota Blitar Santoso soal Kronologi Perampokan: Istri Shalat Tahajud, Pintu Dijebol
"Iya, sebenarnya kami sudah mendapat video itu di hari pertama (peristiwa perampokan Rumah Dinas Wali Kota Blitar)," kata Kapolres Blitar Kota, AKBP Argowiyono, Selasa (13/12/2022).
Argo mengatakan video rekaman CCTV itu sebenarnya masuk bahan penyelidikan tim dari Polda Jatim dan Polres Blitar Kota.
"Sebetulnya itu (video) masuk dalam bahan kami. Tapi penyebaran di medsos, di sisi lain berpotensi mengaburkan jejak pelaku, karena sudah diketahui," ujarnya.
2. Asal usul uang Rp 400 juta yang digondol
Polisi membawa kabur uang tunai Rp 400 juta dan sejumlah perhiasan dalam perampokan di rumah dinas Wali Kota Blitar.
Wali Kota Blitar, Santoso mengatakan uang Rp 400 juta yang digasak perampok di rumah dinasnya merupakan uang tabungan pribadinya.
Iklan untuk Anda: Diabetes Mulai Terasa di Kaki? Segera Lakukan Metode Ini Bertahap
Advertisement by
Uang itu, rencananya digunakan Santoso untuk membayar utang ketika kampanye Pilkada 2020 lalu.
"Jujur saja saya masih punya tanggungan yang harus saya selesaikan ketika kampanye (Pilkada 2020). Rencana saya, sehabis akhir tahun mau mulai mencicil utang saya itu. Jadi utang saya belum lunas, mau saya cicil," kata Santoso, Selasa (13/12/2022).
Santoso mengaku, uang simpanan itu hasil mengumpulkan dari honor ketika ada kegiatan.
"Akhirnya keduluan (diambil perampok). Kalau jumlah utangnya tidak perlu saya jelaskan, yang penting sampean tahu uang saya yang diambil kisaran itu (Rp 400 juta)," ujarnya.
Santoso berharap ada evaluasi sistem pengamanan di rumah dinas. Kalau perlu ada penambahan personel dari TNI dan Polri untuk pengamanan rumah dinas.
"Karena ini adalah rumah dinas, rumah negara, pejabat negara harus diamankan dari tindakan yang tidak diinginkan," katanya.
Terlebih, kata Santoso, saat ini menjelang tahun politik, banyak sekali hal-hal di luar perkiraan dan dugaan bisa terjadi kepadanya.
"Supaya tugas saya kepada masyarakat di sisa-sisa akhir jabatan bisa lancar, saya berharap ada semacam kenyamanan bagi saya untuk menjalankan amanah masyarakat," ujarnya.
3. Tak mau dikaitkan politik
Santoso tidak ingin peristiwa perampokan di rumah dinasnya dikaitkan dengan politik.
Untuk sementara, Santoso berpikir peristiwa perampokan di rumah dinas merupakan musibah dan kasus kriminal murni.
"Jangan dikaitkan dengan politik. Ini bagi saya musibah, murni kriminal. Untuk sementara saya berpikir begitu saja," kata Santoso, Selasa (13/12/2022).
Santoso menyerahkan sepenuhnya kasus perampokan di rumah dinas kepada polisi. Ia menunggu hasil penyelidikan dan investigasi yang dilakukan polisi.
"Tinggal nanti bagaimana hasil investigasi yang dilakukan oleh kepolisian, kita tunggu bersama-sama. Saya tidak mau berandai-andai" ujarnya.
Sambil menunggu proses penyelidikan kasus perampokan di rumah dinas oleh polisi, Santoso berencana segera melakukan aktivitasnya lagi sebagai wali kota.
"Sambil menunggu proses dari polisi, saya akan tetap kembali bekerja memberikan pelayanan kepada masyarakat. Kebetulan ini akhir tahun, saya harus mengevaluasi program yang sudah saya canangkan di awal tahun sudah sesuai apa belum," tandas Santoso.
4. Kacamata ikut digondol
Wali Kota Blitar, Santoso, akhirnya muncul memberikan keterangan kepada wartawan sehari setelah peristiwa perampokan di rumah dinas, Selasa (13/12/2022).
Memakai kaus oblong warna hijau tua dan celana tiga perempat warna krem, Wali Kota Blitar Santoso menemui para awak media di teras rumah dinas.
Wali Kota Blitar Santoso terlihat sudah stabil dan kondisinya sehat.
"Sebentar, sementara pakai kacamata ini, kacamata saya juga ikut digondol (dibawa) pelaku," kata Santoso sambil membenahi posisi kacamata barunya kepada wartawan.
Sebelum menceritakan kronologi perampokan di rumah dinas, Santoso terlebih dulu menyampaikan kondisinya saat ini dalam keadaan sehat.
"Pertama, kondisi saya dalam keadaan sehat. Kesehatan adalah segala-galanya. Musibah itu, kapanpun, di manapun bisa terjadi kepada siapa saja," ujar Santoso.
Lalu, Santoso menceritakan peristiwa perampokan di rumah dinas terjadi Senin (12/12/2022) sekitar pukul 03.00 WIB.
Ketika peristiwa terjadi, istri Santoso, Feti Wulandari masih salat tahajud di kamar. Istrinya rutin salat tahajud setiap pukul 03.00 WIB dilanjutkan dengan wiridan sambil menunggu waktu subuh.
Santoso sendiri baru beranjak tidur sekitar pukul 01.00 WIB. Itu juga sudah menjadi kebiasaan Santoso tidur di atas pukul 00.00 WIB.
"Tiba-tiba kira-kira sekitar pukul 03.05 WIB, pintu kamar digedor-gedor. Saya bangun tapi antara kondisi sadar dan tidak. Saya dibangunkan oleh istri karena ada yang menggedor-gedor pintu kamar," ujarnya.
Malah, awalnya, Santoso mengira terjadi gempa bumi ketika mendengar suara pintu kamar digedor-gedor.
"Saya kira ada gempa, ketika dalan kondisi antara sadar dan tidak, tiba-tiba pintu kamar sebelah timur sudah dijebol. Ada 3 orang masuk kamar," katanya.
Tiga pelaku yang masuk kamar langsung menyergap Santoso dan istrinya. Kemudian, pelaku menyuruh Santoso tengkurap. Kaki dan tangan Santoso diikat pelaku. Mulut dan mata Santoso juga ditutup menggunakan lakban.
"Saya disuruh tengkurap ke lantai, menghadap ke timur. Tangan diikat. Kaki juga diikat. Demikian juga istri saya, tapi istri saya dalam posisi berdiri menghadap utara," ujarnya.
Setelah menyekap, pelaku meminta Santoso menunjukkan lokasi brankas di rumah dinas. "Pelaku bilang 'brankas bapak dimana?', selama ini saya tidak punya brankas," katanya.
Pelaku sempat menendang dan memukul Santoso yang sudah dalam kondisi disekap dengan tangan dan kaki diikat serta mulut dan mata dilakban karena dikira bohong tidak mau menunjukkan lokasi brankas.
"Pelaku juga ngomong, kalau tidak segera memberitahukan lokasi brankas, istri saya mau ditelanjangi. Saya berpikir bagaimana keselamatan istri saya," ujarnya.
Santoso mengaku memang tidak memiliki brankas di rumah dinas. Tapi, kalau uang simpanan sedikit-sedikit, ia masih punya.
Uang simpanan itu hasil dari honor ketika membuka acara. Ia menyimpan uang itu di lemari.
"Saya bilang ke pelaku, kalau mau ambil uang di lemari silakan. Lalu pelaku membuka lemari dan mengobrak-abrik isinya. Pelaku mengambil uang termasuk sedikit perhiasan yang dimiliki istri saya. Bahkan, kalung yang dipakai istri juga dilepas oleh pelaku," katanya.
Santoso memperkirakan para pelaku kabur dari rumah dinas sekitar pukul 03.30 WIB. Sebelum kabur, salah satu pelaku sempat menanyakan lokasi kamar anak-anak kepada istrinya.
Pelaku juga bertanya lokasi decoder kamera CCTV kepada istrinya.
"Anak-anak saya tidak ada yang di sini. Satu masih kuliah di luar kota dan satu lagi tinggal di rumahnya sendiri. Kalau kotak kamera CCTV ada di ruang kerja. Pelaku mengambil kotak CCTV dan memutus kabel-kabelnya lalu kabur," katanya.
Setelah pelaku kabur, Santoso mencoba berteriak minta tolong. Tapi, teriakan minta tolong Santoso tidak direspons penjaga di rumah dinas.
"Ternyata Satpol PP yang berjaga di halaman rumah dinas sudah dilumpuhkan lebih dulu sebelum pelaku masuk ke kamar," ujarnya.
Santoso sekilas sempat melihat ciri-ciri pelaku sebelum menyergapnya bersama istri di dalam kamar rumah dinas.
Menurutnya, ciri-ciri pelaku berpostur agak kekar dan memakai rompi.
"Saya langsung disergap, disuruh tengkurap, mata langsung dilakban. Saya hanya melihat sekilas pelaku, kalau wajahnya tidak melihat," ujarnya.
Santoso juga mengaku sempat mengalami kekerasan fisik dari pelaku. Pelaku menendang dan memukulnya ketika Santoso belum menunjukkan lokasi brankas.
"Ketika saya belum menunjukkan brankas, saya ditendang dan dipukul di kaki dan tubuh oleh pelaku. Saya ditendang pakai kaki, pakai sepatu," katanya.
Sedang istrinya, kata Santoso tidak mendapat kekerasan fisik, hanya ancaman saja dari pelaku.
"Alhamdulillah istri tidak mendapatkan kekerasan fisik, hanya diikat tangan dan kaki serta dilakban mulut dan mata," ujarnya. (Surya/samsul hadi/luhur pambudi)