TRIBUNNEWS.COM - Seorang anak, AB (32) asal Jekulo, Kabupaten Kudus, Jawa Tengah, tega membunuh ibu kandungya sendiri, UK (52).
AB tega bunuh ibunya karena merasa sakit hati.
Ia merasa tindakannya selalu salah di mata ibunya.
"Saya tidak pernah dipukul ibu saya, tapi kata-katanya sering menyakiti perasaan."
"Apa yang saya perbuat dan saya lakukan tidak pernah benar menurut ibu saya," ungkap AB, Rabu (28/12/2022).
Jasad ibunya ditemukan tak bernyawa di rumahnya, Minggu (25/12/2022) malam.
Baca juga: Pengakuan Anak yang Tega Bunuh Ibu Kandung di Kudus, Saki Hati Selalu Salah di Mata Korban
Pergelangan tangan kiri korban juga terdapat luka sayatan.
Mengutip Kompas.com, AB kerap terlibat cekcok dengan ibunya.
Saat mencekik ibunya, AB mengaku dalam keadaan sadar.
Bahkan, saat ibunya berteriak minta tolong, pelaku tetap melanjutkan aksi kejamnya.
"Saya sadar, waktu mencekik juga ibu sempat meminta tolong, tapi tetap saya lakukan."
"Saya mengambil pisau secara spontan, waktu mengecek nadi saya langsung ke dapur mengambil pisau," lanjut AB.
Pisau yang diambil AB lantas digunakan untuk menyayat pergelangan tangan ibunya.
Sempat Pastikan Kematian Ibu
Kapolres Kudus, AKBP Wiraga Dimas Tama, mengungkapkan AB sempat memastikan kematian ibunya sebelum kabur meninggalkan rumah.
"Setelah tidak sadarkan diri, tersangka memegang denyut nadi korban."
"Karena masih terasa korban mengambil pisau dan menyayat," jelas Kapolres, Rabu, seperti yang diberitakan TribunJateng.com.
Wiraga menambahkan, meski telah disayat, namun sayatan tersebut tak mengenai nadi besar korban dan hanya di pergelangan.
"Korban meninggal karena cekikan dari tersangka. Bukan dari sayatan di tangan kiri," ucap Wiraga.
Baca juga: Pengakuan Anak yang Tega Bunuh Ibu Kandung di Kudus, Saki Hati Selalu Salah di Mata Korban
Setelah melakukan pembunuhan, AB panik lalu mematikan lampu dan meninggalkan rumahnya.
Setelah mendapatkan keterangan dari sejumlah saksi, pihak kepolisian berhasil menangkap pelaku.
"Tidak selang lama, Tim Resmob menangkap tersangka AB yang merupakan anak kandung korban di area Polsek Kudus tanpa perlawanan," jelas Wiraga.
Tertangkap setelah Alami Kecelakaan
Setelah membunuh ibunya, AB berniat kabur ke kontrakan adiknya.
Di tengah perjalanan, AB mengalami kecelakaan.
Ia mengalami kecelakaan tepat di seberang Polsek Kudus.
Dari kecelakaan tersebut, AB hanya mengalami luka ringan.
"Menerima informasi tersebut, tim langsung meluncur melakukan penangkapan dan menginterogasi tersangka," ungkap Wiraga.
Mengutip TribunJateng.com, AB mengaku sempat bingung waktu kabur.
Baca juga: Daftar UMP, UMK, UMR Kabupaten Semarang, Jawa Tengah 2023
"Saya mau ke rumah adik saya, waktu di jalan sempat bingung dan linglung terus saya nabrak."
"Waktu itu dibawa ke rumah sakit," kata AB.
Kronologi
Sebelum AB membunuh ibunya, ternyata keduanya sempat terlibat cekcok.
Perdebatan tersebut diawali karena tak ada makanan di rumah.
Pelaku yang baru saja pulang dari bermain membangunkan ibunya yang tidur di kamar.
Ia membangunkan ibunya untuk meminta makan.
Korban pun menjawab di rumah tidak ada makanan.
Korban pun menanyakan, kenapa AB selalu main ke luar rumah, sang ibu pun melarang anaknya untuk ke luar rumah.
Perkatan dari ibunya itulah yang membuat AB gelap mata.
Baca juga: Kronologi Istri Bunuh Suaminya di Samarinda, Ketakutan karena Korban Ancam akan Habisi Nyawa Pelaku
"Janda itu kemudian dicekik hingga terjatuh, dipukuli sampai tidak sadarkan diri," kata Wiraga.
Setelah tak sadarkan diri, pelaku mengecek nadi korban.
Karena masih terasa ada yang berdenyut, pelaku pun mengambil pisau dan menyayat pergelangan tangan ibunya.
Kata Ahli
Dosen Psikologi Universitas Muria Kudus (UMK) , Tinong Citaning Harisuci, mengungkapkan banyak faktor psikis yang menjadi latar belakang kenapa AB membunuh ibunya.
“Secara psikologi kalau sampai berbuat seperti itu (pembunuhan), artinya secara kesehatan mentalnya dia sedang tidak baik-baik saja, sedang merasa tidak nyaman."
"Kondisi ketidaknyamanan ini meledaknya bisa sampai pada kondisi perilaku destruktif, hingga mencelakai orang lain,” tutur Tinon di UMK, Kamis (29/12/2022).
Kondisi tidak nyaman, kata Tinon, ada banyak penyebabnya.
Satu diantaranya faktor genetik untuk agresif yang mengarah pada antisosial atau genetik psikopat.
"Setiap orang, dalam beberapa teori psikologi itu membawa sifat bawaan agresif, hanya saja norma serta contoh yang ia terima dari lingkungan juga turut mempengaruhi perilakunya," jelasnya.
Tak hanya sebatas lingkungan sekitar, lingkungan seperti di meda sosial juga bisa berpengaruh.
Baca juga: Ibu Brigadir J Mengaku Didatangi Yosua dalam Mimpi: Menangis, Tunjukkan Luka Tembak, dan Berteriak
Meski begitu, Tinon menegaskan dirinya tak bisa menghakimi latar belakang atas perilaku AB yang membunuh ibunya.
Akan tetapi, secara umum hal itu bisa diketahui dari gangguan apa yang sedang tersangka alami.
(Tribunnews.com, Renald)(TribunJateng.com, Rezanda Akbar D)(Kompas.com, Puthut Dwi Putranto Nugroho)