TRIBUNNEWS.COM - Kedua kubu yang berseteru di Keraton Kasunanan Solo, Jawa Tengah akhirnya saling bertemu pada Selasa (3/1/2022), sekitar pukul 16.30 WIB.
Pertemuan kedua kubu yang berkonflik bisa digelar setelah 11 tahun tidak saling bertemu.
Sri Susuhunan Pakubuwono XIII menerima perwakilan Lembaga Dewan Adat (LDA) di ruang privat raja atau Sasana Narendra Keraton Solo dan didampingi Permaisuri Gusti Kanjeng Ratu Pakubuwana XIII.
Dalam pertemuan ini, pihak LDA diwakili oleh GKR Wandansari Koes Moertiyah atau yang akrab disapa Gusti Moeng.
Sosok yang berhasil mempertemukan kedua pihak yang berkonflik ini adalah kerabat keraton, Kray Herniatie Sriana Munasari.
Baca juga: Kubu Sasonoputro Keraton Solo Sebut Gelar Bangsawan Gus Samsudin Tidak Sah, Kritik Keputusan LDA
Sebelum bertemu Sri Susuhunan Pakubuwono XIII, Gusti Moeng yang juga ketua LDA Keraton Solo disambut Putra Mahkota, KGPH Purbaya.
Gusti Moeng mengatakan KGPH Purbaya yang mengantarkannya bertemu Sri Susuhunan Pakubuwono XIII.
"Saya datang sungkem, saya bilang ke Dalem (PB XIII) dan mengatakan izin masuk keraton lagi hanya akan bekerja. Kalau dianggap salah, saya minta maaf dan semua ini kita sudahi (konflik) paling utama itu," ujarnya pada Selasa (3/1/2023) dikutip dari Kompas.com.
Sri Susuhunan Pakubuwono XIII sempat menangis dalam pertemuan yang berlangsung satu jam tersebut.
"Ya Sinuhun nangis ya tak elus-elus aja. Pun mboten sah muwun (menangis). Mboten sah menggalih (berprasangka) ke saya jelek. Saya enggak mungkin apa-apa ke Kang Mas. Kang Mas itu kan yang nyengkuyung (menjunjung tinggi) kita semua," jelas Gusti Moeng.
Ketika bertemu dengan Sri Susuhunan Pakubuwono XIII, Gusti Moeng menyatakan siap bekerja untuk melestarikan Keraton Solo.
"Hanya akan kembali bekerja. Hari ini kami sudahi. Itu yang paling utama," terangnya.
Baca juga: Apa Itu Kanjeng Raden Tumenggung? Gelar Bangsawan Gus Samsudin dari LDA Keraton Solo
Ia mengungkapkan kondisi Sri Susuhunan Pakubuwono XIII yang tidak bisa berjalan dan berbicara.
"Seperti yang njenengan lihat Sinuhun sulit untuk bicara. Duduk sulit untuk berjalan. Di kursi biasa. Itu kamar dhahar (makan) tapi untuk kamar tidur," tuturnya dikutip dari TribunSolo.com.