News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Para Siswa SD di Sikka Bertaruh Nyawa Seberangi Derasnya Arus Sungai, Sebagian Digendong Orang Tua

Editor: Dewi Agustina
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Puluhan siswa Sekolah Dasar Inpres (SDI) Blawuk asal Dusun Muding Kampung Wairbou dan Dusun Wailoke Kecamatan Talibura Kabupaten Sikka Nusa Tenggara Timur (NTT), harus bertaruh nyawa menyebrangi derasnya arus sungai Nanga Gete untuk bersekolah, Sabtu 4 Februari 2023.

Laporan Reporter POS-KUPANG.COM, Arnold Welianto

TRIBUNNEWS.COM, MAUMERE - Usaha para siswa di Kabupaten Sikka, Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) ini patut diacungi jempol.

Demi bisa menikmati pendidikan dengan belajar di sekolah, mereka rela bertaruh nyawa menyeberangi derasnya arus Sungai Nanga Gete.

Tak sedikit pun rasa takut arus sungai yang harus mereka lalui sangat deras.

Pemandangan seperti ini dilakukan oleh siswa dari Dusun Muding Kampung Wairbou dan Dusun Wailoke di Desa Blawuk, Kabupaten Sikka, NTT.

Baca juga: Waspada Banjir Saat Musim Hujan, GMC Ajak Warga Desa Bojongloa Gotong Royong Bersihkan Sungai

Pantauan Tribunflores.com, Sabtu (4/2/2023), puluhan siswa Sekolah Dasar Inpres (SDI) Blawuk berusaha menyeberangi sungai untuk menuju ke sekolahnya.

Saat tiba di tepi sungai, para siswa mengganti seragam sekolah dengan pakaian rumahan.

Mereka selanjutnya perlahan-lahan menyeberang derasnya arus Sungai Nanga Gete.

Hal ini terpaksa mereka lakukan lantaran tidak ada jembatan yang bisa mereka lewati untuk sampai ke sekolah.

Alhasil puluhan siswa yang berada di dua dusun tersebut harus menyeberangi sungai tanpa bantuan apapun.

Ada pula sebagian orang tua siswa yang harus menggendong anak-anak mereka untuk menyeberang melewati derasnya arus sungai agar bisa ke sekolah.

Silvanus Kon, Siswa SDI Blawuk, mengatakan setiap pagi anak-anak dari Dusun Muding Kampung Wairbou dan Dusun Wailoke harus berjalan kaki dari rumah dan menyeberangi kali.

"Kami tidak pakai sepatu dari rumah dan setelah menyeberangi kali baru pakai sepatu, kami harus pakai celana lain nanti baru seberang kali ganti seragam sekolah," ujarnya.

Baca juga: Warga Pesisir Selatan Ditemukan Tewas Usai Terjatuh dari Jembatan yang Patah karena Lapuk

Ia berharap pemerintah Kabupaten Sikka untuk bangun jembatan sehingga memudahkan mereka untuk pergi ke sekolah.

"Setiap hari kami pergi dan pulang sekolah nyeberang kali ini. Sebenarnya takut, jika tiba-tiba banjir besar. Bahkan kalau sendiri nyebrang kami tidak berani lewat," ujarnya

Sementara itu, Yoseph, orang tua siswa SDI Blawuk mengaku setiap hari harus menyeberangkan anak-anak melewati sungai tersebut.

"Setiap pagi saya gendong anak-anak nyebrang kali, siang juga begitu," katanya.

Ia mengatakan, kondisi tersebut sudah berlangsung lama dan sudah berulang-ulang mengusulkan untuk pembangunan jembatan gantung, namun hingga saat ini belum ada respons.

"Sudah diusulkan berulang kali untuk bangun jembatan namun hingga saat ini belum direspons," katanya.

Kepala sekolah SD Inpres Blawuk, Martinus Roi da Cunha berharap agar kondisi itu mendapat perhatian dari pemerintah dengan membangun jembatan gantung.

"Adanya jembatan gantung membuat warga di dua kampung ini bisa lebih mudah beraktivitas karena mereka setiap harike Dusun Blawuk. Anak-anak sekolah baik di SD maupun SMP dan SMA yang tinggal di dua kampung ini bisa bersekolah seperti biasa," harapnya.

Baca juga: 4 Pelajar Hanyut saat Hiking di Puncak, Nekat Seberangi Sungai saat Arus Deras, 3 Ditemukan Tewas

Kondisi itu membuat puluhan pelajar dari dua dusun tersebut sering tidak masuk sekolah atau terpaksa meliburkan diri karena mereka tidak bisa melewati kali tersebut karena banjir dan ditambah tidak adanya jembatan penghubung.

"Mereka sering terlambat masuk sekolah bahkan tidak masuk sekolah saat musim hujan dan ketinggian air di Kali Nangagete meningkat atau kali mengalami banjir," ujarnya.

Kalaupun memaksakan diri ke sekolah, pelajar dari dua kampung ini harus berjalan kaki atau menggunakan sepeda motor melewati jalan provinsi di sebelah barat kampung mereka untuk bisa menuju sekolah di sebelah timur yang jaraknya kurang lebih 5 kilometer.

Kondisi itu mengakibatkan mereka sering terlambat masuk ke sekolah.

Jembatan Putus Siswa di Cianjur Seberangi Sungai

Perjuangan para siswa demi bersekolah sebelumnya juga dialami siswa di Desa Sukaluyu, Kecamatan Cikadu, Cianjur, Jawa Barat.

Mereka terpaksa harus menyeberang sungai ketika pergi dan pulang sekolah.

Karena jembatan gantung yang ada putus beberapa tahun lalu akibat derasnya arus dan belum diperbaiki.

Guru SDN Padawaras, Eyep saat dihubungi Sabtu (30/7/2022), mengatakan sejak putusnya jembatan gantung yang membentang sepanjang 100 meter di atas Sungai Ciujung, aktivitas warga sekitar terhambat mulai dari perekonomian hingga siswa yang hendak berangkat sekolah terpaksa menantang arus.

"Tidak jarang kalau hujan turun deras sejak pagi, ratusan siswa terpaksa tidak masuk sekolah karena arus sungai deras dapat mengancam keselamatan mereka."

Baca juga: BPBD Bogor, Satgas Naturalisasi Hingga Konten Kreator Keruk 1,35 Ton Sampah dari Sungai Ciliwung

"Kalau melihat pakaian mereka basah setiap hari sudah menjadi hal biasa," kata Eyep.

Sejak jembatan putus karena terseret arus sungai, warga melalui aparat desa dan kecamatan sudah melayangkan permohonan perbaikan dan pembangunan jembatan permanen agar aktivitas warga tidak terhambat dan perekonomian dapat meningkat.

Namun, sudah bertahun-tahun belum mendapat kepastian.

Sejak pembelajaran tatap muka kembali digelar seperti biasa, orang tua dan guru selalu was-was saat melepas dan menunggu siswa pulang dan pergi sekolah.

Sehingga setiap hari beberapa orang warga dibantu orang tua selalu mendampingi anaknya ketika hendak menyeberang sungai guna memastikan keselamatannya.

"Kami berharap jembatan dibangun permanen atau jembatan yang putus diperbaiki, kasihan siswa didik untuk sampai ke sekolah mereka harus menantang arus dan masuk kelas dengan pakaian basah setiap hari," katanya.

Kepala Desa Sukaluyu, Wahyu mengatakan, sejak jembatan gantung putus, akses penghubung antar desa dan kampung di wilayahnya terhambat.

Tidak hanya anak sekolah, warga yang hendak membawa hasil bumi ke rumah atau menjual ke kota hanya bisa melalui sungai yang terkadang berarus deras.

"Kami sudah mengajukan perbaikan dan pembangunan jembatan ke dinas terkait di Pemkab Cianjur, melalui kecamatan dan saat rapat bersama di kabupaten. Namun, hingga saat ini belum terealisasi. Aktivitas warga terhambat perekonomian semakin terpuruk," katanya.

Pihaknya menyiagakan aparat desa dibantu warga untuk membantu anak sekolah dan warga yang hendak menyeberang sungai sebagai upaya antisipasi hal yang tidak diinginkan.

Sedangkan saat hujan turun deras, petugas akan melarang warga untuk menyeberangi sungai.

Segera Diperbaiki

Bupati Cianjur, Herman Suherman mengatakan, akan segera meminta dinas terkait untuk meninjau langsung ke lokasi dan segera memperbaiki jembatan yang putus agar aktivitas warga terutama anak sekolah tidak lagi menantang maut.

"Saya instruksikan dinas langsung ke lokasi untuk melakukan upaya perbaikan kalau memungkinkan akan kita bangun jembatan permanen.

Terbatasnya anggaran membuat perbaikan jembatan terhambat, namun segera kita perbaiki," katanya.

Sebagian artikel ini telah tayang di Pos-Kupang.com dengan judul Saat Siswa SDI Blawuk Sikka Nyebrang di Arus Sungai Nanga Gete Demi Sekolah

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini