Peristiwa 2019
Pada 2019 lalu, Wamena menjadi medan berdarah setelah sekelompok massa yang sebagiannya berseragam SMA melakukan perusakan dan pembakaran terhadap sejumlah bangunan.
Massa termasuk merusak kantor bupati Wamena serta menyerang warga.
Sedikitnya 33 orang tewas dalam kerusuhan tersebut.
Baca juga: Talkshow Overview Tribunnews 23 Februari 2023: 2 Pekan Pilot Susi Air Disandera KKB Papua
Tokoh gereja di Wamena, Yohannes Djonga, mengatakan aksi ini dipicu oleh pernyataan rasial dari seorang guru kepada seorang siswa di SMA PGRI, Sabtu (21/9/2019).
Pihaknya juga mengatakan bahwa aksi pembakaran berlangsung di kantor bupati, kantor PLN, dan sejumlah ruko.
"Jadi tadi kantor bagian keuangan di kantor bupati dibakar, PLN juga dibakar. Dan beberapa kios kecil di pinggir rumah jalan, itu dibakar," kata Yohannes Djonga.
Menurut Djonga, massa aksi merupakan para siswa yang hendak melaporkan tindakan rasis gurunya kepada polisi.
Menurut keterangan darinya, aksi tersebut melibatkan hampir seluruh siswa di SMA Wamena lantaran para siswa SMA PGRI mendatangi sekolah-sekolah lain dan mengajak seluruh pelajar untuk berdemonstrasi, melansir TribunnewsWiki.com.
Tetapi Kapolda Papua saat itu, Irjen Pol Rudolf A Rodja, berkata lain.
Pihaknya mengatakan bahwa insiden rasial di SMA PGRI adalah isu hoaks dan membantah kerusuhan ini akibat insiden rasial.
Ia menyebut keributan yang terjadi di Wamena karena tawuran antarpelajar.
(Tribunnews.com/Garudea Prabawati) (Tribun-Papua.com/Arni Hisage) (TribunnewsWiki.com/Widi Hermawan)