News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Erupsi Gunung Merapi

Terjadi 29 Rentetan Guguran Awan Panas, Warga Krinjing Lakukan Jam Malam

Editor: Hendra Gunawan
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Gunung Merapi mengalami erupsi pada siang ini, Sabtu (11/3/2023). BNPB meminta agar masyarakat tidak melakukan aktivitas di kawasan berpotensi bahaya.

TRIBUNNEWS.COM, SLEMAN - Sebanyak 29 rentetan guguran awan panas keluar dari Gunung Merapi sejak pukul 12.12 WIB hingga pukul 18.00 WIB, Sabtu (11/3/2023).

Ini menjadi rentetan guguran awan panas erupsi Gunung Merapi terbesar kedua sejak 2021.

Sebelumnya, tercatat ada 24 kali rentetan APG hingga pukul 16.00 WIB.

Hal tersebut disampaikan langsung oleh Kepala Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi ( BPPTKG ), Agus Budi Santoso dalam konferensi pers pada 16.30 WIB.

Baca juga: Gunung Merapi Kembali Luncurkan Awan Panas Sejauh 1.800 Meter Sabtu Malam Pukul 23.01 WIB

“Hingga pukul 16.00 WIB ini ada 24 kejadian APG di Gunung Merapi . Aktivitas vulkaniknya masih fluktuatif. Beberapa kali terjadi guguran yang terdengar dari pos pengamatan Gunung Merapi di Babadan,” ujar Agus.

Dia mengungkapkan, APG itu terekam dalam seismograf dengan amplitudo antara 25-70 mm dengan durasi 128-458 detik.

Adapun jarak luncur terjauh adalah 4 km ke arah barat daya, yakni Kali Bebeng dan Kali Krasak.

“Pada saat kejadian, angin itu bertiup ke arah barat laut-barat. Jadi, ada hujan abu di sektor barat laut-utara dengan intensitas bervariasi. Hujan abu tipis dilaporkan mencapai Kota Magelang ,” terangnya.

Ia menyebut, abu itu tersebar hingga Wonosobo. Hingga pukul 15.30 WIB, titik terjauh hujan abu berada di Kecamatan Kaliangkrik, Kabupaten Magelang atau sejauh 33 km dari puncak Gunung Merapi .

Menurutnya, dengan sebaran abu yang cukup jauh ini bukan berarti Erupsi Gunung Merapi sangat besar lantaran tergantung dengan kekuatan angin.

Potensi bahaya saat ini berupa guguran lava dan awan panas di sektor selatan-barat daya, meliputi Kali Boyong sejauh maksimal 5 km dan Kali Bedog, Bebeng dan Krasak sejauh 7 km.

Pada sektor tenggara, meliputi Kali Woro sejauh maksimal 3 km dan Kali Gendol 5 km.

Sedangkan, lontaran material vulkanik bila terjadi letusan eksplosif dapat menjangkau radius 3 km dari puncak.

Baca juga: Erupsi Gunung Merapi, Pemkot Magelang Semptor Alun-alun dan Bagikan 10 Ribu Masker

“Suplai magma, baik dari dalam maupun dangkal, masih berlangsung yang dapat memicu terjadinya APG di dalam potensi daerah bahaya,” terangnya.

Ia juga mengatakan, hujan dapat memicu terjadinya lahar dan ketidakstabilan kubah lava.

Maka, masyarakat diminta agar tidak melakukan kegiatan apapun di daerah potensi bahaya.

Masyarakat juga diimbau agar mengantisipasi gangguan akibat abu vulkanik dari Erupsi Gunung Merapi serta mewaspadai bahaya lahar terutama saat terjadi hujan di seputar gunung.

Tebing barat laut masih terlihat pergerakan, kata dia, berdasarkan data drone, tetapi kondisinya stabil.

“Jika terjadi perubahan aktivitas yang signifikan, maka status aktivitas Gunung Merapi akan segera ditinjau kembali,” tukasnya.

Kepala Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Sugeng Mujiyanto meminta masyarakat untuk tidak panik.

Baca juga: Hujan Abu Vulkanik Erupsi Gunung Merapi Berdampak pada 41 Desa di Kabupaten Magelang, Ini Daftarnya

“Apa yang harus dilakukan? Tenang dulu, mempersiapkan diri apabila ada pemberitahuan lebih lanjut. Ini tidak tentu juga, tergantung data yang ada. Kita lihat perkembangannya bagaimana,” terangnya dalam konferensi pers.

Ia juga mewanti-wanti agar masyarakat tidak berkegiatan di kali yang berhulu di Sungai Merapi atau setidaknya 7 km dari puncak.

Jam malam

Relawan dan segenap warga Krinjing, Kecamatan Dukun, Kabupaten Magelang memberlakukan jaga malam atau ronda di tiap dusun mulai Sabtu (11/3/2023) malam tadi.

Hal tersebut dilakukan untuk mengantisipasi kemungkinan adanya erupsi susulan Gunung Merapi pasca memuntahkan awan panas guguran (APG) ke arah barat daya, pada Sabtu (11/3/2023) siang.

"Kemarin kan masih aman, tapi adanya letusan di siang ini, saya sudah berkoordinasi dengan Ketua organisasi pengurangan risiko bencana (OPRB) nanti malam akan diadakan posko penjagaan setiap dusun masing-masing," kata Sambas, relawan Guruh Merapi Desa Krinjing, Sabtu.

Suasana gelap seperti malam hari di Dusun Paten, Kecamatan Dukun, Kabupaten Magelang pasca Gunung Merapi mengalami erupsi pada Sabtu (11/3/2023) siang sekira pukul 12.12 WIB. (Twitter @merapi_undercover)

Terdapat 9 dusun di Desa yang berjarak 5 kilometer dari puncak Gunung Merapi ini.

Nantinya, pos jaga malam yang berada di Balai Desa dan di tiap dusun ini akan dilakukan minimal 10 orang dari kalangan pemuda dan masyarakat.

Mereka bertugas memantau perkembangan situasi dan kondisi.

Kondisi Desa Krinjing, Kecamatan Dukun, Kabupaten Magelang, Jateng, pasca-hujan abu Gunung Merapi, Sabtu (11/3/2023) (Tangkapan layar YouTube Kompas TV)

Harapannya dengan penjagaan ini, apabila terjadi sesuatu maka bisa cepat tanggap dan bisa langsung dikomunikasikan kepada masyarakat.

Baca juga: Status Gunung Merapi Masih Dipertahankan di Level III atau Siaga Usai Erupsi

Pos jaga mulai dilakukan malam ini.

"Jaga malam akan dilakukan sampai ada tanda aman yang disiarkan BPBD Magelang ," kata dia.

Diketahui, Desa Krinjing, kecamatan Dukun menjadi satu di antara wilayah di Kabupaten Magelang yang terdampak erupsi Gunung Merapi , pada Sabtu (11/3/2023) siang.

Abu vulkanik yang mengguyur desa ini cukup tebal. Jalan dan atap-atap rumah penduduk berselimut abu dengan ketebalan rata-rata mencapai satu sentimeter.

"Abu vulkanik mengguyur wilayah desa Krinjing dengan tebal rata-rata satu sentimeter," katanya.

Lebih lanjut, Sambas bercerita, siang itu dirinya sedang bekerja di ladang, ketika tepat pukul 12.12 WIB, Gunung Merapi tiba-tiba mengeluarkan awan panas guguran (APG) ke arah barat daya.

Ia yang melihat kepulan asap membumbung tinggi langsung bergegas lari meninggalkan ladang menuju ke pemukiman.

Warga sudah berkumpul di jalan, dan sempat panik. Ia bersama relawan kemudian berupaya menenangkan.

"Biasanya, kecelakaan (fatal) karena warga panik. Kami berusaha menenangkan. Kemudian (abu turun) saya langsung mencari masker, ada di (desa) Paten dan saya bagikan untuk pertolongan pertama bagi warga," ujar dia.

Desa Krinjing mulai diguyur hujan abu vulkanik sekira pukul 13.45 WIB.

Hujan abu turun bervariasi dengan skala ringan dan kadang juga sedang. Prosesnya berlangsung cukup lama.

Ketebalan abu rata-rata mencapai 1 sentimeter.

Selain mengguyur desa Krinjing, abu vulkanik Gunung Merapi juga mengguyur wilayah di bawahnya.

Seperti Desa Paten, Mangunsuko, maupun Desa Sewuan.

Sepanjang jalur yang dilewati dari Sewuan menuju Krinjing jalanan maupun pepohonan tampak berdebu.

Genteng rumah warga tertutup abu.

Abu juga menutup ladang dan tanaman.

Warga Sewuan, Sarijo mengungkapkan, debu yang mengguyur Desa Sewuan relatif tipis dibandingkan debu yang mengguyur pada Erupsi Merapi tahun 2010 silam.

Namun demikian, erupsi dan turunnya abu vulkanik ini sempat membuat warga panik.

Sejumlah warga yang tengah bekerja di ladang berhamburan pulang karena khawatir apabila terjadi erupsi susulan yang lebih besar.

"Ada satu, dua warga yang panik. Ada aktivitas di lahan persawahan pada pulang. Takutnya ada sesuatu yang lebih besar lagi. Tapi Alhamdulillah, ini sudah mulai beraktivitas normal dengan biasa," kata dia.

Sabtu petang warga terlihat mulai membersihkan rumah dari debu yang menempel.

Aktivitas mulai kembali normal.

(Triunjogja.com/Ardhike Indah/Ahmad Syarifudin)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini