TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak mengecam pembunuhan yang dilakukan oleh seorang ayah terhadap anak kandungnya di Gresik, Jawa Timur.
Deputi Bidang Perlindungan Khusus Anak KemenPPPA, Nahar mengatakan kejadian ini menimbulkan keprihatinan yang mendalam.
Sang anak harus tewas di tangan orang tuanya sendiri yang seharusnya memberikan kasih sayang dan pengasuhan yang terbaik.
"Saya sangat prihatin dan menyampaikan duka cita sedalam-dalamnya atas tewasnya AK yang masih berusia 9 tahun, karena ditusuk oleh ayah kandungnya sendiri, MQA (29)," ujar Nahar.
"Kejadian ini sangat tragis, mengingat anak seharusnya mendapatkan kasih sayang dan pengasuhan yang baik dari orang tuanya, serta memiliki masa depan yang baik," tambah Nahar.
Nahar berharap Aparat Penegak Hukum (APH) dapat terus mendalami kasus ini.
Dirinya meminta pelaku dijerat hukuman yang berat sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku.
"Saya berharap pihak Aparat Penegak Hukum dapat terus mendalami kasus ini termasuk motifnya, dan menjerat pelaku dengan hukuman yang berat sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku," ucap Nahar.
Pelaku dapat dijerat pasal 80 ayat (3) dan ayat (4) jo. 76C UU No. 35 Tahun 2014 tentang Perlindungan Anak yang ancaman pidana penjara paling lama 15 tahun dan denda paling banyak Rp3 miliar, dan pidana ditambah sepertiga, karena pelaku merupakan orang tua korban.
Selain itu, pelaku juga dapat dikenakan pasal 44 ayat (3) UU No. 23 Tahun 2004 tentang Penghapusan KDRT dengan ancaman pidana penjara maksimal 15 tahun dan denda Rp. 45 juta.
Pelaku dapat juga dijerat pasal 340 KUHP (apabila berencana) dan atau pasal 338 KUHP terkait tindak pidana pembunuhan dengan ancaman pidana mati atau pidana penjara seumur hidup atau selama waktu tertentu paling lama 20 tahun.
Baca juga: Fakta-fakta Bocah 9 Tahun di Gresik Tewas Dibunuh Ayahnya, Sempat Tulis Surat Selamat Tinggal
Terkait kronologinya, diketahui bahwa pelaku menusuk korban yang sedang tertidur dengan menggunakan pisau, pada 29 April 2023 lalu, pukul 04.30 WIB.
Kemudian, pelaku menyerahkan diri ke polsek setempat.
Sementara itu, ibu dari korban sebelumnya telah meninggalkan rumah setelah lebaran, dengan alasan mengurus KTP di Surabaya.
Namun sampai kejadian istri pelaku tidak kembali lagi, dan keberadaannya belum diketahui hingga saat ini.