TRIBUNNEWS.COM, SUKABUMI - Murid kelas 2 SD di Sukabumi berinisial MHD (9) tewas di tangan empat kakak kelasnya.
MHD menjadi korban pengeroyokan hingga dada dan tulang punggung MHD retak akibat disiksa selama dua hari berturut-turut di belakang sekolah dan kamar mandi.
Padahal, MHD baru saja pindah dari sekolah lain yang masih berada di Kecamatan Sukaraja, Kabupaten Sukabumi.
Baca juga: Siswa SMP di Klaten Meninggal Dunia, Diduga Jadi Korban Pengeroyokan
Kejadian pengeroyokan ini terbongkar dari pengakuan kakek korban berinisial MY (52).
MY (52) mengatakan, korban MHD (9) baru 4 bulan pindah ke sekolah tempat dirinya dianiaya.
Korban sengaja dipindahkan ke sekolah tersebut agar dekat dengan kakeknya.
"Jadi baru 4 bulan pindah kesini, tujuannya agar dekat dan sudah membikinkan rumah untuk orang tua dekat sekolah," ucapnya.
Kejadian yang menimpa MHD di lingkungan sekolah dua hari berturut-turut dilakukan oleh empat bocah itu ada yang masih duduk di bangku kelas 5 SD, kelas 4 SD, bahkan kelas 2 SD.
Baca juga: Istri Bupati Sukabumi Geram Soal Bocah SD Dikeroyok Kakak Kelasnya: Perundungan di Sekolah Masih Ada
"Kejadian dari hari Senin, Selasa. Jadi dua hari itu dipukulin di lingkungan sekolah. Dianiayanya di belakang sekolah dekat dan kamar mandi (toilet)," tuturnya.
Sebelumnya, Kakek korban, MY (52) mengatakan, nama salah satu terduga pelaku inisial Az itu disebutkan saat suaranya akan menghilang akibat luka yang dialami korban.
"Ketika ditanya siapa yang melakukannya (penganiayaan), korban hanya bilang oleh inisial AZ, namun itu tidak berlanjut karena suara korban sudah tidak ada," ujarnya, Sabtu (20/05/2023).
"Sedangkan seteleh dicek di sekolahnya, ada 4 orang namanya disebutkan (sama)," tutur MY.
Pihak keluarga pun meminta pertanggungjawaban dari pihak sekolah dan orang tua pelaku.
Mengingat peristiwa yang menimpa korban terjadi saat berlangsungnya pembelajaran di sekolah.
"Harapan dari kami sebagai keluarga, minta dituntaskan siapa pelaku yang sebenarnya, dan minta pertanggungjawaban dari keluarganya (pelaku) dan tanggungjawab sekolah," pungkas MY.
Tulang Dada Retak
Seorang bocah SD di Sukabumi tewas setelah dikeroyok beberapa kakak kelasnya.
Bocah berusia 9 tahun berinisial MHD itu meninggal setelah beberapa hari mendapatkan perawatan.
Korban meninggal karena mengalami luka dalam.
Bahkan, tulang dada dan tulang punggung korban sampai retak.
Baca juga: Sosok MHD, Bocah SD di Sukabumi yang Tewas Dikeroyok Kakak Kelas, Baru Pindah Sekolah 4 Bulan
Polres Sukabumi Kota melakukan penyelidikan terhadap meninggalnya bocah SD MHD (9) yang diduga dikeroyok kakak kelasnya.
Kapolsek Sukaraja, Kompol Dedi Suryadi, mengatakan kasus dugaan pengeroyokan MHD masih dalam penyelidikan.
Terkait meninggalnya MHD, Dedi menuturkan, baru mendapatkan laporan dari warga dan langsung menemui keluarga korban.
"Masih dalam penyelidikan dugaan-dugaan, itu baru informasi (dugaan pengeroyokan) sebab dari keluarga korban pun belum melaporkan apapun kepada kita, hanya kita mendapatkan informasi (dan) langsung ke tempat korban," ujarnya, Sabtu (20/05/2023).
Pihaknya akan segera meminta keterangan keluarga korban dan pihak sekolah untuk mengungkap kejadian sebernarnya dialami korban, sehingga meninggal dunia.
"Kami akan menindaklanjuti informasi tersebut, ke sekolah maupun memintai keterangan-keterangan dari pihak-pihak terkait atau yang terlibat," ungkapnya.
Dedi menegaskan, pihaknya akan melakukan penyelidikan yang mendalam, sehingga tidak ada asumsi liar di masyarakat.
"Yang jelas kita akan selidiki dulu. Jangan sampai ada informasi liar tidak jelas dasarnya," pungkasnya.
Keluarga Korban Terpukul
Kasus dugaan bullying pada pelajar kembali terjadi di Sukabumi, kali ini menimpa murid SD.
MHD (9), bocah kelas 2 SD meninggal dunia usai diduga jadi korban pengeroyokan kakak kelasnya.
Korban merupakan murid SD di Kecamatan Sukaraja, Kabupaten Sukabumi.
Rupanya, sebelum meninggal dunia, korban sempat menyebut nama salah seorang yang diduga pelaku pemukulan.
Nama tersebut disebut korban saat detik-detik masa kritis menghembuskan nafas terakhirnya.
Baca juga: Bocah SD di Sukabumi Tewas usai Diduga Dikeroyok Kakak Kelas, Polisi akan Periksa Pihak Sekolah
Kakek korban, MY (52), mengatakan, nama salah satu terduga pelaku inisial Az itu disebutkan saat suara korban akan menghilang akibat luka yang dialami korban.
"Ketika ditanya siapa yang melakukannya (penganiayaan), korban hanya bilang oleh inisial AZ, namun itu tidak berlanjut karena suara korban sudah tidak ada," ujarnya, Sabtu (20/05/2023).
"Sedangkan seteleh dicek di sekolahnya, ada 4 orang namanya disebutkan (sama)," tutur MY
Pihak keluarga pun meminta pertanggungjawaban dari pihak sekolah dan orang tua pelaku.
Peristiwa penganiayaan oleh kakak kelas yang menimpa korban terjadi saat berlangsungnya pembelajaran di sekolah.
"Harapan dari kami sebagai keluarga, minta dituntaskan siapa pelaku yang sebenarnya, dan minta pertanggungjawaban dari keluarganya (pelaku) dan tanggungjawab sekolah," pungkas MY
Sementara itu, Kapolsek Sukaraja, Kompol Dedi Suryadi, mengatakan kasus dugaan pengeroyokan MHD masih dalam penyelidikan.
Terkait meninggalnya MHD, Dedi menuturkan, baru mendapatkan laporan dari warga dan langsung menemui keluarga korban.
"Masih dalam penyelidikan dugaan-dugaan, itu baru informasi (dugaan pengeroyokan) sebab dari keluarga korban pun belum melaporkan apapun kepada kita, hanya kita mendapatkan informasi (dan) langsung ke tempat korban," ujarnya, Sabtu (20/05/2023).
Pihaknya akan segera meminta keterangan keluarga korban dan pihak sekolah untuk mengungkap kejadian sebernarnya dialami korban, sehingga meninggal dunia.
"Kami akan menindaklanjuti informasi tersebut, ke sekolah maupun memintai keterangan-keterangan dari pihak-pihak terkait atau yang terlibat," ungkapnya.
Baca juga: Kronologi Bocah SD Bacok Teman di Blitar, Berawal Jadikan Nama Bapak sebagai Bahan Ejekan
Jadi Sorotan Istri Bupati Sukabumi
Istri Bupati Sukabumi, Yani Jatnika Marwan, mengaku geram atas adanya dugaan bocah SD meninggal diduga dikeroyok kakak kelasnya.
"Kalau betul ini terjadi penganiayaan, apalagi korban sampai meninggal, saya sangat geram," kata tegas kepada Tribunjabar.id, Minggu (21/5/2023).
Bahkan, tokoh ibu nomor satu di Kabupaten Sukabumi prihatin karena peristiwa yang menimpa korban MHD terjadi di sekolah.
"Miris sekali. Ternyata perundungan di sekolah masih ada," ucapnya.
Yani Jatnika, yang juga Ketua Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak (P2TP2A) Kabupaten Sukabumi, mengetahui saat ini dalam tengah ada penanganan polisi.
"Kasus ini sudah ditangani pihak kepolisian, semoga kebenaran segera terungkap," tuturnya.
Terakhir, Yani Jatnika pun mengucapkan belasungkawa kepada keluarga korban.
"Kepada orang tua korban, saya sampaikan belasungkawa sedalam-dalamnya. Semoga diberi ketabahan dan kesabaran," katanya.
Kasat Reskrim Polres Sukabumi Kota, AKP Yanto Sudiarto, mengatakan polisi telah memeriksa tiga orang dari pihak keluarga.
Selain itu, kata Yanto, pihaknya telah memeriksa saksi-saksi lainnya, termasuk dari pihak sekolah.
Namun Yanto tidak menyebutkan dengan terperinci siapa dan jabatannya yang diperiksa sebagai saksi oleh penyidik.
"Sampai saat ini baru enam saksi, yaitu dari pihak keluarga dan pihak sekolah," ujarnya, Minggu (21/5/2023).
Selain dari enam saksi, pihaknya juga mencari keterangan dan mencari bukti pendukung sekaligus meminta hasil visum dari rumah sakit.
"Sampai saat ini hasil visum belum ada. Namun kami sudah mengirimkan surat permohonan kepada pihak rumah sakit," tuturnya.
Dari pemèriksaan saksi dari pihak keluarga dan pihak sekolah, penyidik belum bisa memastikan dugaan pengeroyokan yang menyebabkan MHD meninggal.
"Kami akan terus melakukan pemeriksaan dan penyelidikan untuk segera mengungkapnya," ucap Yanto. (Tribunnews.com/TribunJabar.id)