Laporan Wartawan Tribuncirebon.com, Handhika Rahman
TRIBUNNEWS.COM, INDRAMAYU - Prosesi wisuda IAIN Syekh Nurjati Cirebon di salah satu hotel di Cirebon berubah menjadi haru, Kamis (25/5/2023).
Ini saat nama Nurul Chafidzoh dibacakan untuk menerima ijazah.
Mahasiswi asal Indramayu diketahui meninggal dunia menjelang prosesi pelaksanaan wisudanya.
Prosesi wisuda almarhumah pun digantikan sahabat dekatnya untuk menerima ijazah kelulusan.
Ketika hal itu terjadi, suasana saat itu pecah menjadi lautan tangis haru.
Baca juga: 32 Biksu Thailand Jalan Kaki ke Candi Borobudur Hadiri Waisak, akan Singgah di Cirebon selama 3 Hari
Nyaris semua yang hadir dalam kegiatan wisuda itu langsung menitikkan air mata,
Mereka tak kuat menahan momen mengharukan tersebut.
Nurul Chafidzoh merupakan mahasiswi warga Desa Kedungwungu, Kecamatan Anjatan, Kabupaten Indramayu.
Ia mengambil pendidikan program studi Tadris Bahasa Inggris Fakuktas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan IAIN Cirebon.
Nurul pun diketahui juga adalah salah satu mahasiswi lulusan terbaik dengan IPK 3,65.
Tangkapan layar Nurul Chafidzoh, mahasiswi IAIN Syekh Nurjati Cirebon yang meninggal menjelang wisuda, saat menggantikan almarhumah dalam prosesi wisuda kampus tersebut.
Saat dikonfirmasi, Camat Anjatan, Rory Firmansyah membenarkan kejadian tersebut.
"Iya benar warga Anjatan," ujar dia kepada Tribuncirebon.com.
Rory Firmansyah menyampaikan, dari informasi yang diterima pemerintah kecamatan Nurul diketahui meninggal dunia karena sakit.
Saat itu, Nurul hendak mengikuti prosesi wisudanya.
Hanya saja, kondisinya drop dan meninggal dunia.
Pemerintah kecamatan juga mengucapkan belasungkawa dan duka cita yang mendalam.
Mengingat, Nurul merupakan salah satu lulusan terbaik sekaligus warga yang tinggal di wilayahnya.
Baca juga: 20 Ucapan Wisuda untuk Pacar dalam Bahasa Inggris
"Insya Allah saya juga nanti akan melakukan takziah ke keluarga almarhumah," ujarnya.
Peristiwa yang mirip pernah terjadi di Pontianak.
Dilansir dari Tribunnews Wiki dari berita berjudul Mahasiswi di Pontianak meninggal jelang wisuda, sang ibu ambil ijazah berurai air mata hingga rektor cium tangan, wsudawati Universitas Tanjungpura yakni Marsellina Julita dari jurusan Bimbingan Konseling Fakultas FKIP Untan meninggal dunia sebelum mengikuti proses wisuda, Kamis (30/1/2020).
Pada saat wisuda tampak hadir Chr Marcieny ibunda dari almarhumah Marsellina Julita dengan mengenakan baju putih dan riasan di wajahnya.
Ia tampak menuju podium mewakili anak tercinta mengambil ijazah yang diserahkan secara simbolis.
Hadir pula nenek dari Marsellina yakni Marciana Beata dan kakek Dominicus Lorentius B bersama keluarga lainnya.
Saat diwawancarai ibunda dari Marsellina mengatakan pada saat yudisium juga dirinya hadir tanpa mengetahui apa yang akan dilakukan saat itu dan pada saat wisuda juga dipesan oleh pihak kampus untuk hadir.
Ia mengatakan sidang skripsi anaknya harus dilakukan diruang inap Rumah Sakit Umum Daerah Soedarso hingga akhirnya menyerah dengan penyakit yang telah divonis oleh dokter yakni terkena penyakit kista.
Marsellina menghembuskan napas terakhir pada 28 Desember 2019 di RSCM Jakarta dan di makamkan pada 30 Desember 2019 di Pemakaman Ambawang.
"Wisuda hari ini juga sebagai kebanggaan terbesar bagi keluarga dan memang dia adalah anak perempuan satu-satunya yang menjadi harapan kita tapi kita tidak tau rencana tuhan pada 28 Desember 2019 ia pun telah dipanggil Tuhan," ujarnya saat ditemui di rumah kediamannya di Jalan Tabrani Ahmad.
Ia mengatakan tanggal anaknya dipanggil sang kuasa tepat bersamaan dengan tanggal yudisium dan tanggal wisuda tepat dengan tanggal pemakaman anak tercinta.
"Dengan seperti ini membuat Marsellina semakin sangat berarti dan ini memang sudah menjadi rencana Tuhan. Kami pihak keluarga terima kasih karena sudah sangat diperhatikan dalam acara wisuda," ujarnya.
Baca juga: Polisi Gandeng Apsifor Gali Motif Mahasiswi UI yang Tewas Bunuh Diri di Apartemen Jelang Wisuda
Ia mengatakan anaknya ingin sekali melanjutkan pendidikan ke jenjang selanjutnya di luar Kalbar namun semua itu kini hanyalah cerita saja.
Sebab Lita telah meninggalkannya terlebih dahulu bertemu dengan sang pencipta.
Ia kembali menceritakan setelah Lita di Operasi namun pada Juni 2019 Lita kembali merasa sakit.
Tanpa disadari radiasi dari laptop sampai ke perut.
Saat setelah seminar dilakukan penyusunan skripsi yang anaknya kerjakan di RSUD Soedarso karena ingin mengejar wisuda karena ingin wisuda di tahun 2019 namun tidak terkejar karena memang masih di rumah sakit dan ada beberapa urusan kampus yang belum terselesaikan.
Ia terkena kista ganas yang memang menyerang anak gadis.
Pada saat itu masih kecil sampai menggunakan obat herbal belasan juta malah membuat semakin besar akhirnya kembali lagi ke dokter di RSUD Soedarso.
“Pada 14 oktober dia kembali di operasi lagi. Pada saat itu skripsinya sudah rapi tapi dirinya bisa ikut wisuda di Januari karena memang di tahun 2019 terkendala artikelnya belum selesai. Dengan begitu dia menunggu wisuda di Januari,” ujarnya
Jadi selama menunggu waktu wisuda dia merasa demam lagi padahal sebelumnya sudah sehat dan semua urusan skripsi sudah selesai tinggal waktu wisuda saja.
Saat sakit lagi ditanyakan ke pihak RSUD Soedarso ternyata obatnya sudah habis.
Padahal sebelumnya sudah diberitahu bisa kemo di RSUD Soedarso, tapi setelah menunggu ternyata tidak ada obat dan diberi surat rujukan ke Jakarta karena ada merasa sakit lagi .
“Operasi sebelumnya 4 jam dilakukan karena dilakukan operasi besar dan sudah terlewati dan berhasil. Tapi penyakitnya kambuh akhirnya di kemo di Jakarta dan ditemani neneknya. Namun ketika Datang kesana tidak dilayani sesuai dengan surat rujukan dan harus periksa dari awal lagi,” ujarnya.
Baca juga: Hadiri Wisuda Universitas Indonesia, Ketua MPR RI Bamsoet Ajak Optimalkan Bonus Demografi Indonesia
Pada 22 Desember baru bisa masuk rawat inap di RS Cipto Mangunkusomo Jakarta dan baru bisa ditangani.
Saat itu Hemoglobin Lita sudah menurun melihat seperti itu ternyata tumor sudah tumbuh lagi .
Saat itu dokter menolak untuk operasi karena baru operasi dan dilakukan kemo . Dengan kondisi Hb membaik namun fisik menurun.
Pada 25 Desember Lita masih video call dengan ibunda dan ada beberapa hal yang Lita sampaikan.
“Mama saya mohon maaf saya tidak bisa memenuhi harapan mama. Saya tidak bisa ikut wisuda. Saya capek dan sakit infus sudah di pasang dimana-mana,” ujar Eny menirukan perkataan Almarhumah Lita.
Dia meminta ibundanya untuk menjemputnya.
Namun Eny belum bisa ke Jakarta karena ada tugas di hari yang sama karena itu tugas dari provinsi sebagai bawahan dirinya tentu harus mengikuti apa yang telah menjadi tugasnya.
Eny hanya bisa memberikan semangat dari jauh.
Pada 26 Desember 2019 ia kembali menelpon anaknya sedsng terbaring sakit di Jakarta.
Saat itu Lita katakan ingin melihat wajah sang ibunda.
“Dia bertanya kapan saya ke Jakarta dan selalu minta jemput karena memang tidak kuat dengan obat disitu. Ada satu obat menolak. 27 Desember Lita sudah mulai berbeda. Saya pun sampai di Jakarta 28 Desember . Di perjalanan saya berdoa diatas pesawat karena melihat cuaca buruk dan hp saya matikan,” jelasnya.
Bahkan saat natal terakhir harus dilewati Lita di Rumah Sakit bersama nenek tercinta.
Namun Lita masih sempat beribadah di Katedral dengan didorong neneknya menggunakan kursi roda.
“Sebelum meninggal dia mengatakan kepada neneknya iklaskan saya dan meminta maaf karena masih sering mengganggu neneknya yang sedang tidur. Lita mengatakan dia ingin pergi jalan. Nenek tidak mampu menjawab. Dia mengatakan matanya semakin kabur ,” ujarnya.
Akhirnya dipanggil dokter dan untuk memacu jantungnya tapi Lita tak tertolong dan menghela nafas panjang tanpa rasa gelisah.
Akhirnya dia meninggal dipangkuan neneknya pada pukul 14.00 siang dan ibunya sampai malam hari setelah dibawa ke ruang jenazah.
Lita kembali di bawa pulah pagi hari pada 29 Desember ke Pontianak dan di makamkan pada 30 Desember 219 di Pemakaman Kecamatan Ambawang.
Eny mengatakan pesan terakhir Lita adalah meminta dirinya untuk mengambilkan ijazahnya.
Lita dikenal dengan sosok yang memang tekun dalam belajar, kalau mengerjakan sesuatu harus selesai.
Selain itu dia Aktif di kegiatan rohani dan sempat menjadi utusan dari Pontianak untuk ikut ke Manado.
Di kampus juga aktif diberbagai kegiatan.
“Pada hari pemakaman banyak yang hadir mengantarkan ke pemakannya . Sebenarnya dia mengatakan ingin lanjut S2 dan ingin cari beasiswa. Padahal dalam proses menjalani kemo fisik selama dari 12 Desember berangkat ke Jakarta Lita masih dalam kondisi baik,” ujarnya.
Ia juga mengcapkan terima kasih kepada pihak keluarga besar kampus Untan yang telah menghantarkan anaknya menyelesaikan program sarjana.
Ia juga memohon maaf apabila semasa putrnya masih hidup ada kesalahan untuk tolong dimaafkan dan diiklaskan.
Artikel ini telah tayang di TribunJabar.id dengan judul Mahasiswi Indramayu Meninggal Dunia Jelang Kelulusan, Prosesi Wisuda Berubah Jadi Lautan Air Mata