"Kasihan guru-guru SD itu uang deposito dan simpanan di KPRI dipakai pribadi ketuanya. Untuk bangun rumah, kosan, dan pasar. Mereka mengadu ke kami dan kami harus ikut mencarikan solusi," kata Wawali Cak Ji di tengah-tengah para guru.
Kehadiran Wawali Cak Ji pun berhasil mendatangkan Iskak di tengah-tengah guru.
Mantan kasek yang sudah pensiun ini dipercaya menjadi bendahara KPRI Tegar Rungkut sejak sepuluh tahun silam. Terakhir menjadi ketua.
Persoalan penggelapan dana KPRI Rp 2,3 miliar itu sudah dirasakan sejak 2019 namun para guru masih berpikiran baik.
Apalagi memang Iskak juga terlihat rumahnya megah dan banyak usaha.
Selain punya kos-kosan juga memiliki pasar rakyat dengan jumlah bedak puluhan yang disewakan Iskak disewakan per bulan Rp 300.000.
Anggota KPRI tidak menaruh curiga karena Iskak adalah kasek SDN di sejumlah sekolah.
Para anggota KPRI itu makin curiga saat pertanggungjawban 2019, dana tercatat Rp2,8 miliar.
Setelah dicek tinggal sisa Rp 2,3 miliar namun dana itu tidak ada lembaran uangnya. Di rekening juga tidak ada.
Ternyata dibelikan tanah untuk pasar. Juga untuk membangun rumah dan bikin kos-kosan. Sementara tanah-tanah itu ada yang diatasnamakan anaknya. Iskak punya tiga anak yang sudah berumah tangga.
Wawali Cak Ji pun menegaskan bahwa hak para guru SD itu harus ditagih. "Meski sudah menyatakan kesanggupan mencicil, tapi sampai kapan. Opsi solusinya adalah mengambil alih pengelolaan pasar stau kos-kosan oleh anggota. Dengan perjanjian notaris," kata Cak Ji. (Tribun Jatim/Nuraini Faiq/Alga)