Udin tidak menutupi fakta masa lalunya yang berjualan miras jenis ciu.
Saat kampanye di Pilkades Serentak Klaten, hal itu dia sampaikan pada pemilihnya.
Udin berjualan ciu guna membiayai pendidikannya.
"Dulu saya usaha miras (ciu), untuk biaya pendidikan saat itu," ujar Udin kepada TribunSolo.com.
Ia sendiri sempat mendapat tentangan dari keluarga besar karena pilihannya menjual miras, namun ia tetap menjualnya demi membayar uang menempuh pendidikan.
Baca juga: Kepala Desa di Cianjur Dilaporkan Warganya ke Kejaksaan Negeri Terkait Dugaan Korupsi
"Sempat protes keluarga, dibilangin jangan bikin malu keluarga. Ditanyain butuh berapa saya tidak mau, saya pilih pakai kaki sendiri," paparnya.
Ia berjualan miras kurang lebih selama 4 tahun, setelah pendidikannya selesai ia menutup usaha tersebut.
Udin sendiri selesai menempuh pendidikan S1 dan S2 di bidang hukum.
Saat berkampanye pun, ia juga mengungkapkan diri ke masyarakat ia bukan dari latar belakang orang baik.
"Saat kampanye saya juga selalu bilang, mohon maaf bapak saya hadir dari orang tidak baik. Saya terangkan saya (mantan) penjual miras," paparnya.
Udin juga membiarkan warga memilih sesuai keinginan masing-masing, karena sekarang masyarakat sudah cerdas dalam memilih.
Baca juga: Mantan Kepala Desa di Serang Korupsi Dana Desa untuk Foya-foya dan Menikah Lagi: Istrinya Ada 4
Ia sendiri maju pilkades karena desakan warga, dikarenakan orang tuanya sebelumnya juga pernah menjadi kepala desa setempat.
"Orang tua pernah juga menjabat kepala desa, tapi saya tidak tertarik. Sampai orang tua angkat datangi saya minta saya maju, akhirnya saya meng iya kan," ungkapnya.
Udin sendiri mengiyakan permintaan maju dalam pilkades Gedaren, namun ia juga memiliki syarat yakni tanah bengkok bagiannya dikembalikan lagi ke masyarakat.