News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Penjelasan Dua Dokter Terkait Tewasnya Murid SD di Sukabumi yang Diduga Dianiaya

Editor: Eko Sutriyanto
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Wakil Direktur Medis RSU Hermina Sukaraja, Andreansyah Nugraha (kiri); Kapolres Sukabumi Kota, AKBP Ari Setyawan Wibowo (tengah); dan dokter forensik RSUD Syamsudin SH, Nurul Aida Fathia.

Laporan Kontributor Tribunjabar.id, Dian Herdiansyah

 

TRIBUNNEWS.COM, SUKABUMI - Polres Sukabumi menghadirkan dua orang dokter yang menangani  MHD (9) murid SD meninggal pada 20 Mei 2023 akibat dianiaya kakak kelas.

Dokter yang dihadirkan adalah dokter forensik RSUD Syamsudin SH, Nurul Aida Fathia dan Wakil Direktur Medis RSU Hermina Sukaraja, Andreansyah Nugraha, sementara dokter penanganan pertama korban MHD dari Rumah Sakit Primaya sebelum dirujuk ke Hermina tidak dihadirkan dalam konferensi tersebut hanya Kepala Puskesmas Sukaraja yang ada.

Terkait dengan meninggalnya MHD, Andreansyah Nugraha mengungkapkan, korban sempat dirawat di rumah sakit selama empat hari sebelum dinyatakan meninggal dunia. 

"Pasien datang mengeluh sakit di bagian punggung dan mulut terasa kaku.

Mulutnya tidak bisa membuka secara maksimal dan disertai batuk-batuk selama dua hari," ujar Andreansyah, Senin (10/7/2023).

Baca juga: Bupati Lebak Sebut Kepala Desa yang Digerebek Saat Selingkuh di Sukabumi Akan Dipecat

Dari pemeriksaan pihak medis dari Hermina menemukan adanya riwayat infeksi cairan di bagian telinga korban.

"Pada saat itu kita curigai tetanus, makanya kita konfirmasi ada riwayat trauma, tertusuk jarum atau benda tajam, atau adanya trauma jelas yang berlebih.

Kita tanyakan juga pasien dan keluarga, (jawabannya) tidak ada riwayat konfirmasi," tutur Andreansyah.

Andreansyah menjelaskan, dalam pemeriksaan visum luar pihaknya tidak menemukan adanya luka. 

Begitu pun dengan hasil foto rontgen bagian tulang belakangnya tidak ditemukan retakan atau patah tulang. 

"Pada awal pemeriksaan di kulit luarnya tidak ditemukan jejak apa pun, makanya visum luar tidak ada (luka).

Dari hasil rontgen di bagian kaku tidak ditemukan adanya patahan atau retakan tulang," ucap dia.

Hasil pemeriksaan Rumah Sakit Hermina pun, korban mengidap penyakit tetanus yang dibuktikannya dengan hasil laboratorium.

"Selama perawatan kemungkinan ini penyebab tetanus karena infeksi, ini dibuktikan ada pemeriksaan lab mengarah leukosit tinggi dan hasil rontgen ada tanda-tanda infeksi, ditambah di telinga ada cairan infeksi," ucapnya. 

Selama dalam perawatan di instalasi gawat darurat (IGD), kondisi MHD semakin kritis sehingga ia dirawat di ICU selama tiga hari. 

"Namanya infeksi berat bisa mengkibatkan koma atau penurunan kesadaran.

Jadi penyebab kematian perjalanan dari penyakit, yaitu tetanus berikut dengan infeksinya." ucap Andreas. 

"Kita sudah informasikan juga kepada keluarga pada saat sebelum tindakan kegawatan, meninggal pun kita konfirmasi lagi," ungkapnya. 

Baca juga: Tiga Siswa Tewas dan Satu Luka Berat Tertimpa Tembok Roboh di MTSN 19 Jakarta

Korban diduga tak mendapatkan imunisasi tetanus secara utuh sewaktu masa imunisasi anak.

"Waktu itu kita tanyakan riwayat imunisasi ternyata dari orang tua memang riwayat imunisasinya tidak lengkap.

Cuma orang tua tidak tahu, tidak dilakukan imunisasi tetanus (lalu) ada infeksi tertentu tanpa ada trauma tertusuk itu bisa (tetanus)," tutupnya.

Dokter spesialis forensik RSUD Syamsudin, Nurul Aida Fathia, mengatakan, pada saat ekshumasi, kondisi jasad korban sudah mengalami pembusukan.

Pada saat dilakukan ekshumasi sudah 11 hari pascadikuburkan, pihaknya pun menemukan tanda luka namun luka tersebut dipastikan akibat tindakan medis. 

"Jadi ditemukan di punggung tangan akibat infus, kemudian di pergelangan tangan, lengan bawah, dan beberapa di lengan atas ada memar itu bisa akibat dari tindakan medis," ujarnya.

Aida menjelaskan, dari beberapa sampel tubuh, di antaranya wajah, dada, dan paru-paru korban yang diduga keluarga ada tanda kekerasan untuk diuji di laboratorium. 

Beberapa sampel yang diambil yaitu di bagian paru-paru, menemukan jika korban mengalami gangguan pernapasan. 

"Ternyata dari hasil pemeriksaan laboratorium pun tidak ditemukan adanya tanda kekerasan

. Dalam hal ini dari lab bisa kelihatan karena tidak ada pendarahan di situ, dari otot tidak ada (pendarahan), dari kulit tidak ada, artinya itu bisa menyingkirkan tanda kekerasan. Jadi memang ada kondisinya, gangguan pada paru-paru atau gangguan napas," ujarnya. 

Berdasarkan temuan tersebut, pihak forensik menyimpulkan jika MHD meninggal dunia akibat penyakit dan mati lemas. 
 
"Betul mengarahnya ke penyakit karena organ dalamnya pun itu mengarah ke penyakit yang menyebabkan dia kekurangan oksigen dan mati lemas," ucapnya. (*)

Artikel ini telah tayang di TribunJabar.id dengan judul Keterangan Dokter soal Penyebab Meninggalnya Murid SD yang Diduga Korban Kekerasan di Sukabumi

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini