"SMK Sale dari total 550 siswa kan belum punya sarana tempat ibadah mushala dan itu inisiatif saya dengan komite mengumpulkan wali-wali murid dan kita ceritakan semenjak awal sampai 2022 itu belum punya mushala."
"Jadi saat Shalat Dhuhur dan Ashar itu kita masih dompleng di SMP," urai Widodo saat dihubungi Kompas.com, Selasa (11/7/2023).
Dengan kondisi tersebut, Widodo menuturkan setelahnya ia dan pihak komite menawarkan kepada wali murid.
Mengetahui mendapat respons yang bagus dari wali murid, Widodo dan komite sekolah pun memberanikan diri mengadakan infak alias pungli, meski bertentangan dengan aturan.
"Terus ditawarkan ke wali murid untuk membahas mushala itu dan ternyata mereka responsnya bagus."
Baca juga: Dipecat Karena Pungli Berkedok Infaq Bangun Musala, Ini Pengakuan Mantan Kepala SMKN 1 Sale Rembang
"Tapi, dengan aturan yang ada 'kan bertentangan, cuma komite sekolah melihat kondisi ril di lapangan, (akhirnya) memberanikan diri," sambung Widodo.
Selain mushala, sarana dan prasarana di SMKN 1 Sale diungkap Widodo cukup kurang.
Widodo mengatakan sekolahnya belum memiliki perpustakaan, bengkel mobil, dan kekurangan ruang kelas.
Ia mengaku sudah mengajukan pengadaan sejumlah sarana dan prasarana sekolah lewat aplikasi TAKOLA.
Namun, hingga kini belum terealisasi.
"Sarprasnya kekurangan, termasuk Mushala, bengkel mobil belum punya, ruang kelas, kita punya 19 kelas Rombel tapi baru punya 9 ruangan, kemudian perpustakaan," jelasnya.
"Nggih (iya) mas, termasuk mobil praktik juga kita mengajukan ke Aset Provinsi/BPKAD tetapi sampai sekarang belum terealisasi," imbuhnya.
Karena itu, Widodo merasa dengan adanya infak untuk pembangunan mushala, bisa menjadi salah satu solusi menyelesaikan kekurangan sarana dan prasarana di SMKN 1 Sale.
Meski demikian, Widodo menegaskan infak untuk pembangunan mushala tidak bersifat mengikat.