Grendi menyebutkan, setidaknya ada dua faktor mengapa orang bisa melakukan pembunuhan kepada orang lain.
“Faktornya ya kalau gak asmara, ekonomi. Potensinya hanya dua itu.
Mau asmara sesama atau lawan jenis, itu jadi potensi. Dalam ilmu sosiologi, semakin beban masyarakat berat, maka kriminalitas akan meningkat,” terangnya.
Menurut dia, urusan perut tidak bisa dikompromikan apalagi banyak masyarakat yang juga tidak memperdulikan lingkungan, sehingga tidak mendeteksi adanya potensi kriminalitas.
“Kadang kalau orang murung, dibiarin kan. Padahal bisa saja itu tanda-tanda depresi. Gak ada rangkulan dari orang terdekat, jadi rawan melakukan tindakan kriminal,” bebernya.
Dia berharap, kasus penemuan potongan tubuh ini bisa segera ditemukan dan tidak menginspirasi orang lain untuk melakukan hal yang sama.
Kepala ditemukan
Kasus dugaan mutilasi yang potongan kaki -tangan ditemukan di Jembatan Kelor, perbatasan Bangunkerto dan Wonokerto akhirnya menemui titik terang setelah pihak berwajib menemukan potongan kepala manusia di Sungai Krasak Merdikorejo, Tempel.
Polisi menduga, potongan kepala tersebut merupakan milik korban.
Direktur Reserse Kriminal Umum (Dirkrimum) Polda DIY Kombes Pol FX Endriadi mengatakan, pihaknya melakukan kegiatan penelusuran kembali di lokasi kejadian untuk mencari barang bukti yang diduga masih belum ditemukan.
Setelah melakukan penelusuran di Sungai Krasak , Kalurahan Merdikorejo petugas menemukan potongan kepala.
"Jadi kita melakukan kegiatan menyusuri kembali di TKP, untuk mencari dugaan barang bukti lain yang belum kita temukan kemarin. Kemudian setelah kita melakukan penyusuran lagi, kita menemukan potongan kepala, dugaannya punya korban," kata Endriadi kepada wartawan, Sabtu (15/7/2023) malam.
Selain potongan kepala, petugas juga menemukan kompor, tali, pisau dan juga sandal yang diduga kuat milik pelaku.
Temuan tersebut kemudian diamankan dan dibawa ke Rumah sakit Bhayangkara.
Baca juga: Update Penemuan Mayat di Kebun Teh Pangalengan, Korban Ternyata Dirampok, Pelaku Kena Pasal Berlapis