Ia mengaku kecewa dengan hasil mediasi kasus siswa SD yang membentak guru di wilayahnya.
Diketahui, mediasi tersebut berlangsung pada Selasa (18/7/2023), dihadiri Dinas Pendidikan Lima Puluh Kota, pihak sekolah, siswa terkait, serta guru dalam kasus tersebut.
Namun, mediasi kembali diulang atas perintah Safaruddin, Kamis (20/7/2023), mengutip TribunPadang.com.
Safaruddin meminta mediasi diulang karena menganggap keputusan di mediasi pertama tidak adil.
Menurutnya, pada mediasi pertama tampak hanya sang guru yang disalahkan dan meminta maaf.
Padahal, kata dia, kasus ini bukan sepenuhnya kesalahan dari sang guru.
Si siswa juga salah, karena membentak dan tak menghargai gurunya.
Safaruddin pun mengaku kecewa dengan video klarifikasi yang terkesan menyudutkan serta menyalahkan guru secara sepihak.
"Saya tak hendak mencari siapa yang salah, tapi klarifikasi dengan hanya guru yang meminta maaf, itu adalah suatu kekeliruan yang sangat fatal," ujarnya, Jumat (21/7/2023).
Baca juga: Viral Aksi Kekerasan Terhadap 14 Siswa SMP Cianjur di Depan Guru, Ini Penyebabnya
Bupati Lima Puluh Kota itu menyayangkan kejadian siswa SD membentak gurunya.
Ia mengaku marah saat mengetahui kejadian tersebut.
"Saya kecewa sekali, saya sangat jarang marah, namun bagi saya kasus ini sangat serius," ujarnya, Jumat.
Dikatakannya, kejadian tersebut telah mempermainkan harkat dan martabat seorang guru.
"Sulit saya menahan rasa kecewa, ketika guru yang sangat mulia justru mendapat perlakuan yang seperti di video tersebut," ungkapnya.
(Tribunnews.com/Nanda Lusiana, TribunnPadang.com/Alif Ilham Fajriadi)