Menurutnya masalah keterlambatan kuliah, terlambat ikut ujian atau mengumpulkan tugas, termasuk kesulitan ekonomi adalah hal yang umum ditemukan di sebuah kampus namun masalah yang sifatnya pribadi jarang terungkap.
Bagi kami peristiwa mutilasi ini menyadarkan kita bersama bahwa ternyata kampus harus lebih bisa memahami kondisi psikologis mahasiswa,” katanya.
Maka dari itu, saat ini UMY tengah melakukan rekrutmen untuk program konselor sebaya.
Ditargetkan akan ada 1000 konselor sebaya yang akan aktif mendampingi dan menampung keluhan mahasiswa.
Dengan demikian, harapannya tak akan ada lagi kasus seperti ini, mahasiswa dapat saling berbagi, dan dapat menyelesaikan masalah yang dialami.
“Ini yang akan kita lakukan,mudah-mudahan ini bisa memetakan kejiwaan dari mahasiswa,” tukasnya. (Tribun Jogja/Kompas.com)