Laporan Wartawan Tribunnews.com, Aisyah Nursyamsi
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA- Kondisi air bersih di Indonesia masih dalam taraf yang mengkhawatirkan.
Hal ini diungkapkan oleh Dosen Sekolah Ilmu Lingkungan Universitas Indonesia Dr. Hayati Sari Hasibuan, S.T., M.T.
"Jadi kita masih dalam taraf yang bahaya secara akses air bersih," ungkapnya pada Tribunnews dalam acara konferensi Pers Dukung Efisiensi dan Daur Ulang Air, Unilever Indonesia Inisiasi Program Water Stewardship di Lingkungan Masjid, di Jakarta, Rabu (2/8/2023).
Menurut Dr Dari, sanitasi aman di Indonesia masih di bawah standar.
"Jadi (sanitasi yang aman) masih mencapai 53 persen saja dari 55 persen. Kemudian dari akses air bersih, itu ragam variasinya. Masih di bawah 20 persen dan maksimal 60 persen," paparnya lagi.
Baca juga: Pemanfaatan Teknologi Digital Permudah Warga Dapat Akses Air Bersih
Di sisi lain, penggunaan air tanah masih sangat tinggi.
Pada daerah pesisir, bisa sampai 50 persen yang menggunakan air tanah.
Bahkan menurut berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, penggunaan air tanah di Jakarta Utara sampai 89 persen.
Dr sari pun menyebutkan beberapa daerah yang mengalami keterbatasan air bersih yakni Nusa Tenggara Timur (NTT) dan daerah kepulauan seperti kepulauan Riau dan sebagainya.
"Dan di daerah seperti Kalimantan, itu bukan kesulitan air bersih.
Tapi kondisi air permukaan hampir di semua pulau kita sudah tercemar sedang sampai berat," kata Sari lagi.
Lebih lanjut ia pun mengungkapkan jika masyarakat sudah saat nya mencari sumber air bersih lain, misalnya seperti air hujan, berpotensi sebagai sumber air bersih di Indonesia.
Sayangnya saat ini penampungan air hujan belum masuk ke dalam program yang policy formal yang ada di kementerian.
"Jadi masih dianggap sumber air bersih itu tunggal di perpipaan, asksesnya begitu. Tapi seharusnya kita menggunakan air hujan," tutupnya.