TRIBUNNEWS.COM - Purwadi (46), warga Kabupaten Klaten, Jawa Tengah ditemukan setelah hilang selama 17 tahun.
Purwadi tercatat sebagai warga Desa Sengon, Kecamatan Prambanan, Kabupaten Klaten.
Ia dilaporkan hilang sejak 2006 silam, usai bencana gempa bumi melanda Yogyakarta dan sekitarnya.
Setelah 17 hilang, Purwadi ditemukan di wilayah Cengkareng, Tangerang, Banten.
Oleh relawan, Purwadi kemudian diantarkan ke rumahnya pada Sabtu (12/8/2023).
"Cerita awal, pascagempa beliau pergi dari rumah saat itu, hingga 17 tahun," ujar Rahmad, selaku relawan yang mendampingi Purwadi kepada TribunSolo.com.
Baca juga: Surat Kematian Dibuat Keluarga Karena Hilang Belasan Tahun, Warga Klaten Ditemukan di Tangerang
Perjalanan Purwadi untuk pulang berawal pada 2019 lalu.
Saat itu, Purwadi ditemukan oleh sebuah yayasan asal Jakarta.
Sejak saat itu, Purwadi dirawat di yayasan tersebut hingga empat tahun.
Setelah bisa diajak berkomunikasi, Purwadi baru mengaku dirinya berasal dari Kabupaten Klaten.
Setelah memberikan informasi soal rumahnya, Purwadi lantas diantarkan pulang.
"Setelah tahu, pihak yayasan asal Jakarta antar pulang hari Sabtu kemarin."
"Diterima oleh pihak desa dan semua perangkat desa," terang Rahmad.
Purwadi yang tengah sakit kemudian dibawa ke Rumah Sakit Jiwa Daerah (RSJD) Dr Soejarwadi. Ia pun diminta untuk opname.
Dari hasil pemeriksaan, Purwadi mengalami sakit pencernaan.
"Tadi sudah sempat di USG, cek darah, dan foto toraks, juga disarankan opname," urainya.
Kepala Desa Sengon, Agus Sumaryono membenarkan informasi soal Purwadi yang hilang sejak 2006 silam.
Sebelum hilang, Purwadi diketahui bekerja sebagai sopir truk.
"Dia (Purwadi) dulu punya dua anak laki-laki, dia dulu (kerja) sopir truk," kata Agus kepada TribunSolo.com.
Saat gempa 2006 silam, bangunan rumah milik Purwadi terdampak parah.
Mengetahui rumahnya roboh, Purwadi pergi hingga baru ditemukan 17 tahun kemudian.
"Saat gempa rumah roboh semua dia pergi, sudah lama tidak ketemu," tandasnya.
Dikatakan Agus, pihak keluarga telah melakukan upaya pencarian, namun tak membuahkan hasil.
Karena tak kunjung ditemukan, pihak keluarga akhirnya membuat surat kematian untuk Purwadi.
"Lama tidak ketemu, lalu dicarikan surat kematian untuk anak mengurus sekolah," jelas Agus.
(Tribunnews.com/Nanda Lusiana, TribunSolo.com/Zharfan Muhana)