TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Fenomena tornado hingga suhu panas viral di media sosial.
Pertama viral video detik-detik pengunjung Candi Arjuna Dieng menyaksikan angin mirip tornado.
Kedua viral penampakan traffic cone di Semarang yang meleyot ke asal, disebut gara-gara suhu panas.
Menyikapi dua peristiwa viral itu, BMKG hingga Dishub beri penjelasan.
Detik-detik Pengunjung Candi Arjuna Dieng Menyaksikan Tornado
Suasana menegangkan terjadi di Candi Arjuna kawasan Dataran Tinggi Dieng, Kabupaten Banjarnegara, Jawa Tengah.
Suasana menegangkan itu akibat munculnya fenomena mirip angin puting beliung.
Peristiwa itu terekam kamera dan viral di media sosial.
Video tersebut dibagikan oleh akun bernama @q_yenk di TikTok.
"Habis fenomena salju, muncul tornado," tulis akun tersebut dalam keterangan unggahannya, dikutip pada Rabu (23/8/2023).
Dalam video tersebut, nampak ada pusaran angin di antara wisatawan.
Pusaran angin itu lantas menjadi tontonan para pengunjung.
Bahkan ketika pusaran angin membesar, para pengunjung tetap santai memperhatikan fenomena tersebut.
Mereka hanya mundur beberapa langkah ketika pusaran angin mendekatinya.
Setelah beberapa saat, pusaran angin itu pun menghilang.
Hingga artikel ini ditulis, video tersebut telah disaksikan sebanyak lebih dari 228 ribu kali.
Para warganet pun memberikan berbagai tanggapan di kolom komentar.
Ada yang menyebut angin puyuh hingga angin gembul.
Lantas fenomena apa itu sebenarnya?
Penjelasan BMKG soal Tornado Pusaran Angin di Candi Arjuna Dieng
Prakirawan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), Agita Vivi mengatakan fenomena tersebut bernama dust devil.
Menurut Vivi, dust devil bisa terjadi ketika adanya pemanasan permukaan tanah yang lebih kuat dan signifikan dibandingkan area sekitarnya.
Fenomena dust devil biasa terjadi pada kondisi cuaca cerah dengan langit biru dan sedikit awan pada wilayah yang cukup lapang.
Vivi pun menjelaskan bahwa dust devil berbeda dengan angin puting beliung.
"Fenomena ini berbeda dari puting beliung atau lesus," jelas Vivi dikutip dari Kompas.com pada Rabu (23/8/2023).
"Karena puting beliung atau lesus terjadi akibat pusaran udara yang berasal dari awan comulonimbus," lanjutnya.
Lebih lanjut, Vivi mengatakan bahwa fenomena dust devil lazim terjadi pada musim kemarau karena pemanasan permukaan yang lebih kuat.
"Hal ini karena pada musim kemarau, jumlah tutupan awan di atmosfer minimal, sehingga panas matahari dapat maksimal sampai ke permukaan bumi," jelas Vivi.
Baca juga: Salju Abadi di Puncak Jaya Terancam Punah akibat Perubahan Iklim, Ini Kata BMKG
Sementara itu, menurut Vivi, angin puting beliung cenderung lebih sering terjadi pada musim peralihan yang biasa didominasi pembentukan awan Comulonimbus pada siang hingga sore hari.
Saat terjadi dust devil, BMKG mengimbau masyarakat agar menjauhi pusaran angin agar tidak mengalami dampak debu dari angin tersebut.
"Hindari berdiri terlalu dekat dengan dust devil dan usahakan untuk melindungi wajah serta mata dari debu dan pasir yang terbawa oleh angin," kata Vivi.
Sedangkan pada kejadian puting beliung atau lesus, masyarakat diimbau untuk berlindung dalam bangunan yang kokoh.
Viral Traffic Cone di Semarang Meleyot ke Aspal, Gara-gara Cuaca Panas?
Foto traffic cone yang 'meleyot' diduga akibat cuaca panas tengah viral di media sosial.
Peristiwa tersebut terjadi di Kota Semarang, Jawa Tengah.
Traffic cone yang berada di Kota Semarang tersebut terlihat meleyot dan tidak tegak saat dipasang di tengah jalan.
Traffict cone tersebut tampak tergeletak di atas aspal.
Sederet traffic cone itu tergelimpang dengan posisi yang berjajar.
Dalam video yang beredar, terlihat tali tambang yang di bagian atas traffic cone.
Diduga, traffic cone itu menjadi meleyot karena cuaca panas yang terjadi di Semarang.
Adapun, video itu dibagikan oleh akun Instagram, salah satunya diunggah ulang oleh akun Twitter atau X @kegblgnunfaedh pada Selasa (22/8/2023).
Dalam cuitan, pengunggah bertanya mengenai apakah hal tersebut terbilang normal di Kota Semarang.
"Normal day Semarang kah," cuit akun tersebut.
Berdasarkan keterangan, kejadian itu dianggap normal.
Hal tersebut lantaran suhu panas ekstrem kerap terjadi di Semarang.
Penjelasan BMKG
Atas fenomena traffic cone yang meleyot tersebut, pihak BMKG buka suara.
Dilansir dari TribunJateng,com, cuaca di Semarang memang sedang panas, namun belum tergolong ekstrem.
Hal tersebut diungkapkan oleh Kepala Data dan Informasi BMKG Stasiun Klimatologi Jawa Tengah, Iis Widya Harmoko.
"Suhu (Kota Semarang) memang panas, tapi ini belum seberapa. Pengukuran 34-35 derajat Celcius di bulan Agustus ini, belum sampai mencapai 36 derajat Celcius," kata Iis melalui sambungan telepon, Selasa (22/8/2023).
Iis menambahkan, cuaca tersebut bisa bertambah panas pada bulan berikutnya.
Sebab, dikatakan Iis, kemarau akan memasuki puncaknya pada bulan November.
Suhu diperkirakan bisa mencapai antara 37-38 derajat Celcius.
"Kalau mau dibandingkan bulan berikutnya bakal lebih panas lagi," imbuhnya.
"Suhu Kota Semarang pernah meningkat di puncak tertinggi yakni 39,5 derajat Celcius pada tahun 2015 dan 39,4 di tahun 2019. Itu memang tahun Elnino," ungkap Iis.
Lantas, benarkah cuaca panas di Semarang yang menjadi penyebab traffic cone tersebut meleyot?
Bantah Traffic Cone Meleyot Disebabkan Cuaca Panas
Sementara itu, dilansir dari Kompas.com, Koordinator Bidang Observasi dan Informasi Stasiun Meteorologi Kelas II Ahmad Yani Semarang, Giyarto juga mengatakan bahwa informasi yang menyebut panas Semarang menyebabkan traffic cone meleyot itu tidak benar.
"Hoaks, ya," ujar Giyarto, Rabu (23/8/2023).
Ia mengatakan, saat ini Semarang masih dalam puncak kemarau, tetapi suhu di Semarang masih tergolong normal.
"Memang yang dirasakan oleh kita menjadi lebih panas karena beberapa faktor, seperti radiasi Matahari, massa udara yang kering, tingkat karbon di udara dan polutan," ujarnya.
Namun ia memastikan traffic cone itu meleyot bukan karena suhu panas.
"Untuk saat ini (suhu di Semarang) masih dalam kondisi normalnya," ujarnya.
Dishub Kota Semarang Buka Suara
Hal senada juga disampaikan oleh Sekretaris Dinas Perhubungan (Dishub) Kota Semarang, Danang Kurniawan.
"Itu cone meleyot bukan karena cuaca panas," katanya saat dihubungi, Rabu (23/8/2023).
Danang menjelaskan, ambruknya traffic cone itu karena tersenggol kendaraan yang melintas.
Ia menambahkan peristiwa terjadi pada 21 Agustus 2023 dan petugas sudah membenahinya.
"Meleyot karena tersenggol mobil, dan sudah dibenahi Dishub," ujarnya.
Adapun traffic cone meleyot tersebut terjadi di daerah Kagok, Jalan Sultan Agung, Semarang. (tribun network/thf/TribunJateng/Surya.co/TribunJabar)