Laporan wartawan tribunnews.com, Danang Triatmojo
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Kabupaten Rokan Hilir sebelumnya tercatat sebagai daerah dengan angka stunting atau gagal tumbuh tertinggi di Provinsi Riau dengan 29,7 persen pada tahun 2019.
Namun angka ini tercatat alami penurunan kurang lebih 10 persen jika dibandingkan tahun sebelumnya sebesar 38,1 persen.
Baca juga: Upaya Bupati Rohil Cegah Stunting: Setiap Ibu Hamil Harus Didampingi Kader Posyandu
Angka stunting di Rokan Hilir kembali turun signifikan pada tahun 2022 atau pasca pandemi Covid-19 di mana telah menyentuh 14,7 persen.
Bupati Rokan Hilir, Afrizal Sintong menargetkan angka stunting di wilayahnya bisa turun hingga di bawah 14 persen pada tahun 2024, sebagaimana prevalensi yang ditargetkan pemerintah pusat.
"Kami yakin di 2024, stunting di Rokan Hilir akan turun di angka, mungkin di bawah 14 persen," kata Afrizal saat wawancara khusus bersama Direktur Pemberitaan Tribun Network, Febby Mahendra Putra, di Kantor Tribun Network, Palmerah, Jakarta, Selasa (29/8/2023).
Adapun salah satu strategi yang dilakukan Pemkab Rokan Hilir untuk mencapai target tersebut yakni mengerahkan dan melibatkan seluruh kepala organisasi perangkat daerah (OPD), termasuk camat, lurah, puskesmas, penghulu hingga ibu-ibu PKK.
Setiap pihak kepenghuluan dan ibu-ibu PKK di desa, kata Afrizal, diminta untuk memberikan pendampingan kepada masyarakat wilayahnya. Pendampingan mulai dari pemeriksaan kehamilan hingga sosialisasi edukasi stunting.
"Jadi setiap kepenghuluan setiap desa, itu ada ibu-ibu PKK, makanya ibu PKK juga harus memberi pendampingan untuk ibu-ibu yang mungkin di tempat kami ada juga faktor pendidikan, ekonominya. Makanya kita awasi betul supaya orang ini tahu bagaimana pemeriksaan kehamilan, segala macamnya, maka diawasi, maka kita perlu tenaga-tenaga ini," lanjutnya.
Baca juga: Bupati Rokan Hilir Ungkap Kasus Stunting Banyak Terjadi di Wilayah Pesisir, Ini Penjelasannya
Selain itu Pemkab Rokan Hilir juga memberikan pendampingan dari sisi ekonomi.
Afrizal mengatakan kemiskinan ekstrem banyak terjadi di daerah pesisir karena masyarakatnya hanya mengandalkan hasil alam seperti hasil laut atau bertani untuk penghidupannya.
Berkenaan dengan itu Pemkab Rokan Hilir juga menyasar masyarakat pesisir untuk peningkatan ekonomi dengan memberikan kegiatan sampingan bagi para ibu-ibu rumah tangga.
Para ibu rumah tangga diajarkan dan dibantu untuk menjadi pelaku usaha UMKM dengan harapan hasilnya bisa membantu ekonomi keluarga.
"Masyarakat kita itu banyak hidup dari hasil alam, hasil laut. Maka sekarang ini kita coba masyarakat kita supaya memperbaiki kehidupannya, ada kegiatan sampingan. Ini langkah kami," kata dia.
"UMKM kita buat, kita ajarkan dia, membantu yang mungkin suaminya penghasilannya pas-pasan saja, umpamanya berlaut, bertani. Jadi ini dibantu istrinya supaya menambah penghasilannya," kata Afrizal.
Baca juga: Lions Clubs Indonesia Dukung Penurunan Prevalensi Stunting 14 Persen pada 2024
Afrizal menyadari bahwa tingkat ekonomi juga berpengaruh terhadap angka stunting. Sehingga Pemkab Rokan Hilir turut menyasar ibu-ibu rumah tangga terlibat dalam gerakan UMKM.
"Makanya kita gerakan UMKM, kita latih mereka, dibantu, supaya bisa cukup memenuhi kebutuhan mereka. Kita dampingi terus, kita support, dan anggaran juga kita alokasikan untuk stunting ini," katanya.