News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Relokasi di Pulau Rempang

Penjelasan TNI soal Video Panglima Yudo Minta Prajurit 'Piting' Warga Rempang: Itu Artinya Merangkul

Penulis: Jayanti TriUtami
Editor: Tiara Shelavie
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Panglima TNI Laksamana Yudo Margono di Kompleks Parlemen, Senayan, Rabu (13/9/2023). Yudo Margono sempat menjadi sorotan seusai video pernyataannya soal kerusuhan di Pulau Rempang, Kecamatam Galang, Kota Batam, Provinsi Kepulauan Riau (Kepri). Dalam video itu, Yudo Margono meminta prajurit TNI memiting warga Rempang yang melawan.

Melihat aksi anarkis warga, Yudo lantas menginstruksikan anggotanya untuk terjun ke Rempang.

Ia berharap anggota TNI mampu mengatasi aksi anarkis warga Rempang yang menolak direlokasi.

Klarifikasi TNI

Panglima TNI Laksamana Yudo Margono dan jajaran di Mabes TNI Cilangkap Jakarta pada Selasa (12/9/2023). (Tribunnews.com/Gita Irawan)

Kepala Pusat Penerangan (Kapuspen) TNI, Laksamana Musa Julius Widjojono akhirnya buka suara soal video viral pernyataan Yudo Margono yang meminta anggotanya memiting warga Rempang.

Mengutip dari Kompas.com, Julius memastikan adanya kesalahpahaman atas pernyataan Yudo tersebut.

“Jika dilihat secara utuh dalam video tersebut, Panglima TNI sedang menjelaskan bahwa demo yang terjadi di Rempang sudah mengarah pada tindakan anarkisme yang dapat membahayakan, baik aparat maupun masyarakat itu sendiri, sehingga meminta agar masing-masing pihak untuk manahan diri,” ujar Julius, Senin (18/9/2023).

Baca juga: Menteri Bahlil Sebut Pemakaman di Rempang Tidak Termasuk Bagian Relokasi: Nanti Dibikin Gapura

Menurut Julius, kala itu Yudo justru meminta prajurit TNI untuk tidak menggunakan senjata ketika mengangani kerusuhan di Rempang.

Terkait perkataan 'memiting', Julis menyebut itu merupakan bahasa untuk prajurit, yang bisa diartikan dengan kata merangkul.

“Yang berarti setiap prajurit ‘merangkul’ satu masyarakat agar terhindar dari bentrokan. Kadang-kadang bahasa prajurit itu suka disalahartikan oleh masyarakat yang mungkin tidak terbiasa dengan gaya bicara prajurit,” ungkapnya.

"“Sudah cukup menjadi pembelajaran banyaknya korban di kedua belah pihak baik aparat atau masyarakat akibat konflik ini."

(Tribunnews.com/Jayanti Tri Utami) (Wartakotalive.com/Budi Sam Law) (Kompas.com/Nirmala Maulana Achmad)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini