Buntut dari karhutla dan kabut asap yang kian parah, Pemerintah Kota Palembang menerapkan proses belajar dalam jaringan (daring) bagi siswa TK, SD dan SMP.
Sedangkan untuk siswa SMA diperbolehkan sekolah pada pukul 09.00 WIB atau dengan sistem belajar kombinasi daring dan luar jaringan (luring).
Kabid SMA Dinas Pendidikan Provinsi Sumsel, Joko Edi Purwanto mengatakan kebijakan itu diterapkan untuk mengantisipasi dampak negatif kabut asap.
Selain itu, seluruh peserta didik, guru dan pegawai juga diwajibkan menggunakan masker ketika proses belajar mengajar berlangsung.
Jika kabut asap semakin parah, pihak sekolah diperbolehkan mengurangi jam belajar siswa.
"Langkah-langkahnya yaitu pengurangan jam belajar, sehingga waktu sekolah dapat lebih cepat, atau bahkan memundurkan waktu masuk hingga pukul 09.00 WIB," terang Joko, dikutip dari TribunSumsel.com, Senin (2/10/2023).
Dinkes Sumsel Siapkan 3,6 Juta Masker
Menyusul Indeks Pencemaran Udara (ISPU) di Palembang yang kian memburuk, Dinas Kesehatan (Dinkes) Sumsel menyiapkan 3,6 juta masker untuk dibagikan ke masyarakat.
Kepala Dinkes Sumsel, Trisnawarman mengatakan amsker tersebut disiapkan guna mencegah masyarat terkena ISPA.
Saat ini, ISPU di Palembang telah melebihi angka 300.
Baca juga: Kabut Asap Tebal Selimuti Banjarbaru, Truk Keluar Jalur Aspal, 5 Maskapai Tunda Penerbangan
Yang berarti, kondisi udara di Palembang sudah masuk dalam level berbahaya.
Dalam satu pekan, jumlah penderita ISPA di Palembang bertambah sekira 1.000 kasus.
“Anak-anak dan lansia bila tidak terlalu penting diharapkan tidak keluar rumah, karena kondisi udara sudah di ambang batas,” ujarnya, dikutip dari Kompas.com, Senin (2/10/2023).
Penderita ISPA Semakin Meningkat
Dampak kondisi udara di Palembang, penderita Kasus Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) di Sumsel semakin bertambah selama September 2023.
Tercatat selama September 2023, ada 34.237 kasus ISPA yang terjadi di Sumsel.