"Tetapi di saat itu anak saya terlihat kesusahan dalam mengambil napas karena terlihat anak saya berusaha mengambil napas lewat mulutnya sekitar tiga kali seperti orang mendengkur keras," jelas Albert.
"Setelah itu anak saya mengalami henti napas dan henti jantung," sambung Albert.
"Dokter anestesi dan perawat langsung melakukan resusitasi jantung dan memasang ventilator."
Tak berselang lama, A turut mengalami kejang-kejang hebat.
Baca juga: Anak 7 Tahun yang Mati Batang Otak Setelah Operasi Amandel Dikabarkan Meninggal Dunia
Namun hingga Kamis (28/9/2023), kondisi kesehatan A kian menurun hingga kehilangan kesadaran.
"Di hari Jumat malam pihak dokter mendiagnosis anak saya sudah mati batang otak berdasarkan nilai GCS (Glasgow Coma Scale) anak saya."
Kondisi A berbanding terbalik dengan kakaknya yang hingga kini sehat.
Albert menyebut, pihaknya sudah melakukan berbagai cara untuk mengetahui penyebab A mengalami mati batang otak secara mendadak.
Namun, pihak rumah sakit tidak pernah memberikan kejelasan.
Albert akhirnya melaporkan sejumlah dokter ke Polda Metro Jaya atas dugaan malpraktik.
"Kami ada melaporkan sekitar depan orang terlapor. Itu sudah meliputi dokter yang terkait yang melakukan tindakan Mulai dari dokter anestesi dokter THT, spesialis anak sampai dengan direktur RS tersebut," ujar kuasa hukum orangtua korban, Cahaya Christmanto, dikutip dari TribunJakarta.com, Senin (2/10/2023).
Sebelum melapor ke Polda Metro Jaya, keluarga korban telah melayangkan somasi kepada pihak RS Kartika Husada.
Namun sejak somasi dilayangkan pada 27 September 2023, pihak rumah sakit tidak memberikan respons.
"Di situ ada perdebatan panas dan keributan sehingga mereka mau memberikan resume hasil medis, tapi tidak memberikan rekam medis," ungkapnya.